Wednesday, September 28, 2005
Menstimulasi Bayi Super Cepat
Bayi yang tumbuh kembangnya kelewat pesat dikelompokkan dalam kategori anak dengan kebutuhan khusus. Tak heran kalau membesarkan bayi seperti ini ternyata cukup memusingkan.
Mempunyai anak yang sehat, kuat, ceria, tidak rewel dan aktif tentu jadi dambaan setiap orang tua. Oleh karena itulah seringkali orang tua tak ingin ketinggalan mengikuti momen demi momen penting dalam proses tumbuh kembang anaknya. "Alhamdulillah, usia 3 bulan anakku sudah bisa tengkurap sendiri," contohnya. Sebaliknya, jika di usia 8 bulan si kecil belum juga bisa duduk apalagi merangkak, orang tua biasanya cemas. "Kenapa anak saya, Dok? Ada kelainan enggak, ya?"
Lalu, bagaimana jika si kecil justru sudah memperlihatkan tahap-tahap perkembangan saat usianya belum memasuki masa tonggak perkembangan yang wajar? Contohnya, bila di usia 1,5 bulan ia sudah bisa tengkurap sendiri dan di usia 3 bulan malah sudah mampu duduk tanpa dibantu. Kebahagiaan sebagai orang tua tentu makin bertambah dengan mengalirnya pujian mengomentari kehebatan si kecil. "Usia berapa si kecil, Bu? Ha... tiga bulan sudah bisa duduk sendiri? Aduh... pintarnya!"
Akan tetapi, disamping rasa bahagia itu tidak jarang muncul juga berbagai pertanyaan perihal kemajuan perkembangan yang kurang lazim. Apa yang harus menjadi perhatian jika anak mengalami perkembangan begitu pesat?
SESUAI USIA MENTAL
Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., mengingatkan para orang tua yang memiliki bayi dengan kemampuan tumbuh kembang lebih cepat dibanding bayi seusianya, agar bersikap hati-hati. Harus disadari betul bahwa bayi-bayi seperti ini termasuk dalam kategori anak dengan kebutuhan khusus. Mereka membutuhkan penanganan yang tidak sama dengan bayi yang tumbuh kembangnya normal atau usia perkembangan mentalnya sesuai dengan usia lahir. Konkretnya, kata pengasuh rubrik Tanya Jawab Psikologi di nakita ini, "Pola asuh dan sikap orang tua haruslah disesuaikan dengan kebutuhan si anak, tepatnya sesuai dengan usia mentalnya dan bukan usia lahirnya."
Memang, istilah kebutuhan khusus ini biasanya sempat membuat orang tua berkecil hati. Masalahnya, konsep mengenai kebutuhan khusus telanjur identik dengan anak-anak yang memiliki kelainan dan kekurangan. Padahal, tandas psikolog dari LPT UI (Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia) ini, "Kebutuhan khusus sebenarnya tidak terbatas pada anak yang memiliki kekurangan dan kelainan. Anak yang terlalu cepat atau anak yang superior pun termasuk anak dengan kebutuhan khusus."
Kalaupun pola asuh yang diberikan orang tua mesti berbeda hal itu semata-mata dimaksudkan agar kemampuan berlebihnya tidak menjadi sia-sia. "Sayang, kan, kalau potensi cemerlang si kecil memudar hanya karena tidak mendapat stimulasi yang benar?"
MESTI BANYAK AKAL
Nah, supaya bisa memberikan yang terbaik pada si kecil, pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menyarankan agar kita lebih dulu bersedia mengubah persepsi mengenai pengasuhan yang harus disesuaikan dengan usia lahirnya. Setelah itu, baru berikan stimulasi sesuai usia pertumbuhan. Maksudnya, jika si bayi baru berusia 2 bulan, tapi sudah bisa tengkurap bahkan duduk sendiri, maka orang tua harus memperlakukannya sebagai bayi usia 4-6 bulan.
Dengan kesesuaian persepsi ini diharapkan anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Syaratnya, ujar Mayke, "Orang tua jangan pernah memaksa, selain tahu persis kebutuhan anak agar tak terjadi overstimulasi." Yang tidak kalah penting, lanjutnya, "Orang tua harus siap mental. Soalnya, pasti pusing menghadapi bayi yang banyak maunya. Semisal tak bisa diam dan mampu ngakali orang tua. Bayi seperti ini sering dianggap anak nakal."
Oleh karena itu, orang tua yang punya anak seperti ini dituntut punya banyak akal, selain mampu mengamati tingkah polahnya. Pasalnya, bayi-bayi seperti ini umumnya sudah cukup "pandai" dan punya strategi tersendiri untuk mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Semisal, menangis menunjukkan gelagat ingin minum susu, tak tahunya cuma minta digendong. "Jadi, kejelian untuk mengamati betul-betul diuji. Orang tua mesti tahu persis kapan dan dalam kondisi seperti apa si bayi ingin digendong. Apakah karena betul-betul lapar dan haus atau sekadar kolokan. Perbedaan tipis soal ekspresi inilah yang mesti dikenali."
Pemahaman orang tua terhadap perilaku anak akan menyadarkan si kecil bahwa trik-trik yang dilakukan supaya keinginannya dituruti tidak akan selalu terpenuhi. Sayangnya, hal ini seringkali luput dari perhatian, sehingga orang tua pun tidak menyadari potensi cemerlang buah hatinya. Kendati begitu, ada juga orang tua yang tahu potensi anaknya, tapi tidak tahu harus berbuat apa. "Pola asuh dan stimulasi yang diberikan pun akhirnya relatif standar."
Bukan tidak mungkin, kalau akal-akalannya selalu dipenuhi, si bayi akan semakin tricky. Bisa juga sebaliknya, si anak tumbuh biasa-biasa saja atau malah di bawah standar lantaran tidak terstimulasi dengan semestinya.
JANGAN MUDAH TERKECOH
Memberi stimulasi yang baik pada bayi seperti ini, menurut Mayke, juga bukan perkara mudah karena orang tua tidak bisa tahu pasti sejauh mana kemampuannya. Selain itu, patut pula dicatat bahwa perubahan-perubahan masih terus berjalan, sehingga amat mungkin jika saat ini perkembangannya sedemikian cepat, maka di bulan-bulan berikutnya biasa saja, atau malah tertinggal.
Yang juga penting untuk dicermati, kita sering terkecoh oleh penampilan bayi. Saat sedang ngesot, contohnya, orang tua menyangka sebentar lagi anaknya bisa merangkak. Namun, ternyata ia seperti itu karena tangannya belum siap menopang berat tubuhnya. Dengan demikian orang tua tidak bisa berharap banyak bisa segera melatihnya merangkak sekalipun sedikit demi sedikit.
"Bagaimanapun, stimulasi yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuannya, baik secara organis maupun psikis," ungkap Mayke. Contohnya, jika otot-otot lengannya sudah sanggup menopang berat tubuh, sekalipun belum mampu bergerak maju, maka sudah bisa diprediksikan dia akan segera masuk tahap selanjutnya yakni merangkak. Mau tidak mau, saat menstimulasinya, pasti akan terjadi proses trial and error.
Untuk memancingnya merangkak, contohnya, kita bisa menstimulasinya dengan menaruh sesuatu yang menarik perhatiannya dengan jarak yang tidak terlalu jauh. "Kalau hal ini bisa dilakukan berulang-ulang selama seminggu, meski belum sempurna, tingkat kesulitannya bisa ditingkatkan. Semisal dengan cara lebih menjauhkan objek yang menarik perhatiannya tadi."
Hal serupa bisa juga diberikan kala melatih motorik halusnya, seperti mengambil, meraih, dan menggenggam. Caranya, biarkan si kecil berada di matras dalam posisi tengkurap atau terlentang. Nah, dalam setiap posisi libatkan anak dalam main "lempar dan tangkap bola". Tentu saja gunakan benda-benda yang mudah dipegang anak untuk menstimulasinya. Cara yang kurang lebih sama, bisa juga dilakukan dalam bentuk lain, seperti berjalan dan berbicara. Ada baiknya bila untuk melatih kemampuan berbicara anak, perkenalkan langsung dengan objek konkretnya.
HINDARI OVERSTIMULASI
Kepada bayi-bayi yang memiliki kemampuan tumbuh kembang supercepat, boleh-boleh saja kita perkenalkan huruf lebih dini dibanding anak seusianya. "Akan tetapi," saran Mayke, "dahulukan huruf vokal, a, i, u, e dan o. Kemudian, kenalkan dia pada kata yang merupakan rangkaian dari huruf-huruf vokal, seperti ayah, ayam, air dan sebagainya."
Saat memperkenalkan kata, sebaiknya sertakan dengan makna kata itu sendiri. Contohnya, kala mengenalkan kata "bola", lengkapi dengan gambar bola. Khusus untuk kemampuan yang satu ini, ada baiknya mulailah perkenalkan anak pada benda-benda yang akrab dengannya.
Begitu juga jika ingin mengenalkan bilangan. Menurut Mayke, sebaiknya tidak memberikan lambang bilangan terlebih dahulu, melainkan konsep bilangan. Semisal "2" dengan menunjukkan 2 keping biskuit, atau "3" dengan memperlihatkan 3 buah pisang.
Mayke pun mengingatkan agar saat memberi stimulasi, jangan sekali-kali membuat anak merasa terbebani atau mengalami overstimulasi. Jika ia sudah mengantuk atau lapar, jangan paksa dirinya untuk terus bermain. Asal tahu saja, overstimulasi serupa bisa juga tampak dari ucapan yang kita sampaikan kepadanya, seperti, "Ayo kamu bisa" atau "Masa segitu aja enggak bisa, sih?" Jangan lupa, reaksi-reaksi kecewa dari orang-orang terdekat bisa dikategorikan sebagai tindakan overstimulasi yang amat berpeluang mematikan potensi yang dimiliki anak.
Seharusnya, saat memberikan stimulasi, orang tua membekali diri dengan pengertian. Ingat, lo, dia bayi yang masih sangat rentan dan belum bisa bicara. Ia belum mampu mengungkapkan apa yang dirasakan lewat ucapan yang bisa dipahami orang dewasa.
Kuncinya, tandas Mayke, "Orang tua harus tahu persis kapan anak merasa lelah, lapar dan haus, serta kapan pula bad mood-nya muncul. Ingat, dalam membesarkan anak yang terpenting diperhatikan adalah kesejahteraan emosi si anak sendiri."
Kalau sampai terjadi salah asuh, selain kemampuannya tidak akan berkembang optimal, sifat negativistiknya akan lebih cepat muncul. Bila pada anak lain baru muncul di usia satu tahunan, anak dengan kategori ini akan lebih cepat terdorong menonjolkan keakuannya. Ia cenderung tumbuh jadi anak yang hobi mengatur orang, membandel, menentang, bahkan memanipulasi.
SUmber Nakita
Saturday, September 24, 2005
Perkembangan Motorik Bayi 6 ¨C 9 Bulan
Di usia ini, bayi juga mulai babbling, yang secara awam dikenal sebagai ¡®bahasa bayi¡¯. Dengan babbling, bayi melatih alat-alat bicaranya dan itu membuat mereka mendengar berbagai bunyi yang mampu dihasilkannya. Di sinilah pentingnya memberi stimulasi kepada bayi. Karena menurut penelitian, bayi yang sering diajak bicara dan dilibatkan di dalam interaksi sosial akan terlihat lebih baik dalam berbicara.
Dari sisi sosial dan emosional, bayi mulai memperlihatkan minat kepada bayi lain, memperlihatkan ekspresi terganggu jika mainannya diambil dan mulai takut kepada orang yang tidak dikenal. Pada saat yang sama pula, bayi memiliki keterikatan dengan seseorang yang ia kenal, percaya dan harapkan. Interaksi sosial antara bayi dengan orang tersebut adalah proses yang sangat penting dalam perkembangan. Perasaan keterikatan itulah yang membuat bayi merasa aman dan nyaman dengan keberadaan orang lain, sehingga dapat mengeksplorasi dunianya.
Salah satu hal yang biasanya muncul pada bayi usia 6 bulan adalah tahap 'fear of stranger' dan 'separation anxiety'. Jika sebelumnya ia mau saja digendong atau dijaga orang lain, maka pada usia ini tiba-tiba muncul rasa takut kepada orang lain dan takut berpisah dengan orangtua/penjaganya.
Berikut ini secara ringkas perkembangan motorik bayi dari 6-9 bulan:
Bulan ke 6
Usia ini kebanyakan bayi senang bila ditarik untuk didudukkan. Ia bahkan menggenggam erat-erat jari-jari Anda. Ia pun dapat mengatur sikap kepalanya dengan baik setiapkali badanya dimiringkan.
Bulan ke 7
Ai...Ia maunya bermain dengan kaki. Sambil berbaring ia menekuk-nekukkan kakinya. Tak apa, jaga saja, sebab kemampuan tersebut memperkuat dan melenturkan tulang pinggul agar ia dapat duduk dan berdiri dengan baik.
Bulan ke 8
Naah, ia mulai mengangkat badan, bergantung di jari-jari Anda hingga duduk. Anda tak perlu lagi memegang tangan anak, cukup ulurkan tangan dan jari, hap. Anda tinggal menariknya perlahan, lalu bantu agar duduk mantap.
Bulan ke 9
Bayi sudah dapat duduk bebas dengan kepala tegak sekurang-kurangnya satu menit. Bagian punggung sampai ujung ruas pinggang sudah lurus, kakinya melengkung sedikit. Tetap jaga bagian pinggang dengan tangan tak menempel untuk jaga-jaga bila ia oleng.
Selain itu, daya ingat bayi usia 6 ¨C 9 bulan berkembang pesat, sehingga ia mulai dapat mengenali namanya sendiri, rutinitasnya, serta orang-orang yang biasa di dekatnya. Salah satu keterampilan menyenangkan yang dikuasai bayi Anda saat ini adalah bermain. Bayi mulai menguasai, mengerti dan menikmati beberapa permainan sederhana, seperti bertepuk tangan, bermain ciluk-ba, atau memainkan mainan-mainan bayi, seperti kerincingan.
Sekitar bulan ke-9, perkembangan motorik bayi menunjukkan kemajuan yang berarti. Perkembangan motoriknya tidak hanya terbatas pada perkembangan motorik kasar, seperti duduk, menggenggam. Namun, si kecil juga mulai melatih koordinasi jari-jari, menuju pada apa yang sedang dilakukannya. Jangan sampai ia memasukkan suatu benda ke dalam mulutnya, atau terguling di tangga.
Sebagai Ibu apa yang sebaiknya kita lakukan ?
Hati-hati terhadap setiap benda kecil yang mungkin menarik minat bayi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya, seperti kelereng, permen, kancing, kacang, atau balon yang belum ditiup. Benda-benda kecil dapat kecil ini dapat membuatnya tersedak. Karenanya, singkirkanlah!
Jangan memberikan makanan yang sukar dikunyah, seperti popcorn dan kacang-kacangan mentah, sehingga memungkinkan si kecil tersedak.
Buatlah rumah Anda aman untuk dijelajahi bayi. berhati-hatilah pada ujung-ujung perabot yang tajam, benda-benda elektronik, cairan kimia yang mungkin beracun, dan semua benda yang mungkin mencederainya.
Utamakan kebersihan tempat bermain bayi Anda. Bebaskan ruang tidur Anda untuk dan bermain dari debu dan kotoran.
Sumber: http://cyberwoman.cbn.net.id, http://www.parentsguide.co.id
Kebersihan Berlebihan Lemahkan Kekebalan Tubuh
Kebersihan Berlebihan Lemahkan Kekebalan Tubuh
Dilarang Memandikan Bayi Terlalu Sering
London, Sinar Harapan
Para ibu pemilik bayi yang terlalu mencintai kebersihan agaknya perlu behati-hati. Penelitian terbaru menyatakan bayi yang dimandikan setiap hari justru berisiko tinggi mengidap penyakit asma.
Temuan ilmuwan Inggris ini mendukung teori yang mengatakan bahwa pengembangan sistem kekebalan tubuh bisa terpicu oleh seringnya kita melakukan kontak dengan kotoran dan debu. Namun penemuan ini dikhawatirkan oleh sejumlah dokter. Mereka takut masyarakat salah persepsi sehingga berakibat bayi-bayi menderita infeksi karena jarang dimandikan, demikian seperti dilansir BBC News pekan ini.
Pada kenyataannya, asal muasal penyakit alergi sendiri masih sulit dimengerti oleh banyak ilmuwan. Faktor genetika kerap disalahkan pada banyak kasus asma dan eksim, tapi faktor lingkungan juga tidak kalah berperan.
Penelitian lain mengemukakan asma setidaknya bisa terjadi apabila sejak usia dini seorang anak sering digabungkan dengan anak lain di tempat penitipan anak. Risiko lain dialami oleh anak yang tumbuh dalam sebuah keluarga yang memelihara binatang, baik itu peliharaan maupun ternak.
Adalah para ilmuwan dari University of Bristol Department of Child Health yang menyatakan bahwa makin sering bayi dimandikan, makin tinggi pula risikonya terkena asma. Pendapat tersebut tidak terlontar begitu saja, melainkan merupakan hasil sebuah studi riset.
Mereka menyebarkan kuesioner ke ribuan orang tua di pelosok Inggris. Pertanyaan tersebut berkisar seputar kebiasaan memandikan anak usia di bawah 15 bulan, berapa sering mereka mencuci tangannya sebelum makan dan seberapa sering bayi itu dimandikan.
Hasilnya, para orang tua dengan tingkat higienis tinggi ternyata anaknya memiliki "bakat" menderita eksim pada kulit. Efek ini tidak juga sepenuhnya berhubungan dengan alat pembersih rumah tangga.
Para peneliti tersebut memperingatkan, kendati demikian bukan berarti bahwa kepedulian pada higienis kesehatan masyarakat bisa dianggap remeh begitu saja. Namun di sisi lain, peneliti tersebut juga menyatakan, usaha menciptakan lingkungan yang steril melalui pembersihan secara berlebihan berpotensi merusak sistem kekebalan tubuh atau imunitas. Alergi kerap tumbuh pada usia kanak-kanak, sementara kekebalan tubuh justru dibangun sejak usia bayi.
Pada anak-anak yang belum mengalami penyakit akibat alergi tubuh di usia dini maka suatu saat nanti akan mengalami kehilangan imunitas yang membuat mereka menjadi over sensitif.
Namun profesor John Foreman dari The Centre for Allergy Research at University College, London berbeda berpendapat. Menurutnya, kontribusi tingkat kebersihan dengan penyakit asma sangat kecil.
"Jika kita memberitahu para orang tua bahwa anak-anak mereka tidak akan menderita kanker walau berperilaku hidup jorok, maka mereka akan bersikeras bahwa anak-anak itu akan tetap menderita asma," komentar Foreman. Lebih jauh Foreman menekankan bahwa bisa saja kebersihan menjadi salah satu faktor, tetapi efeknya sangat kecil.
Studi Lanjutan
Kecurigaan bahwa sistem kekebalan tubuh berhubungan erat dengan keadaan higienis suatu tempat sudah pernah muncul beberapa waktu silam. Peneliti asal Italia, Dr. Paolo Matricardi sempat mempublikasikan tenemuannya di Brisith Medical Journal dua tahun lalu.
Dalam jurnal tersebut, Matricardi menulis bahwa kasus asma di sebagian besar negara berkembang diakibatkan oleh standar higienis makanan dan kebisaan hidup sehari-hari. Bukan hanya itu, ia juga percaya bahwa terkena infeksi pada usia awal anak-anak justru membantu mereka mengembangkan imunitas terhadap reaksi alergi seperti asma. Ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang secara otomatis bisa bertahan terhadap serangan dari luar. Tanpa pernah mengalami "serangan" maka sistem imunitas akan menjadi lemah dan rentan.
Matricardi bersama rekan penelitinya di Roma, Italia telah melakukan investigasi mengenai imbas dua jenis virus penyerang imunitas tubuh. Ia menggolongkannya menjadi dua kategori. Pertama adalah virus yang terbawa oleh makanan yang telah terkontaminasi dan ditularkan secara oral seperti virus hepatitis A dan pilori H. Kategori kedua adalah mikroba penyebab cacar dan cacar air.
Penelitian ini dipusatkan pada para kadet angkatan udara Italia berusia 17-24 tahun. Setengah dari mereka pernah mengidap reaksi alergi, setengah lagi tidak. Dari sini ditemukan bahwa mereka yang pernah tertular mikroba secara oral lebih kecil kemungkinan menderita penyakit alergi pernapasan. Namun sejauh ini kuman penyakit seperti pilori H dan hepatitis A tidak berpengaruh pada pencegahan alergi. Meski demikian, Matricardi memperingatkan perlu studi lanjutan untuk memastikan penemuan mereka.
Amanda Broath, manajer pers dan humas National Asthma Campaign (NAC) berkomentar, riset Matricardi ini bisa dicocokkan dengan kecurigaan mereka bahwa faktor gaya hidup memiliki kontribusi dalam pengembangan asma serta penyakit alergi lain.
Sementara Profesor Dennis Shale, ahli penyakit pernapasan dari University of Wales College of Medicine mengatakan riset ini mengukuhkan studi terdahulu yang memperlihatkan bahwa penularan kuman di usia dini sangat penting dalam membangun sistem imunitas tubuh.
Sederetan hasil penelitian ini agaknya bisa menjawab pertanyaan mengapa banyak anak-anak jalanan kebal terhadap sejumlah penyakit alergi.
(mer)
10 Tanya jawab Seputar Demam
sumber : nakita no.303
Istilah "demam" pasti tak asing lagi. Namun begitu, banyak yang belum tahu
seluk beluk penanganannya.
Ada beberapa fakta tentang demam yang sudah diketahui orang tua, tapi tak
sedikit mitos salah kaprah yang masih begitu diyakini. Anda mau tahu
penjelasan sebenarnya? Simaklah keterangan dr. Rudy Firmansjah, Sp.A dari
RSAB Harapan Kita, Jakarta.
APA SIH YANG DIMAKSUD DENGAN DEMAM?
Demam merupakan kondisi di mana suhu tubuh lebih dari 37,50c. Normalnya,
suhu tubuh anak berkisar antara 36 hingga 37,50c. Demam sebetulnya muncul
karena kapasitas produksi panas lebih besar daripada pengeluaran panas tubuh
itu sendiri. Pada anak, peningkatan panas dapat dengan mudah terjadi karena
meningkatnya aktivitas tubuh ataupun lingkungan yang panas. Demam juga kerap
disertai gejala menggigil yang merupakan indikasi adanya virus, bakteri,
atau kuman. Dalam hal ini demam merupakan indikasi mekanisme pertahanan
tubuh melawan infeksi atau zat asing dari luar. Jenis-jenis mikroorganisme
itulah yang mengeluarkan racun dalam tubuh si kecil dan selanjutnya
menyebabkan tubuh menggigil. Jadi, menggigil bukan diakibatkan oleh panas
itu sendiri dan tidak semua demam disertai gejala menggigil.
BENARKAH DEMAM SELALU MERUGIKAN?
Pertanyaan ini tidak sepenuhnya salah. Di satu sisi demam memang bisa
memberi dampak merugikan karena dapat menyebabkan kejang dan dehidrasi,
Selain itu demam membuat anak tidak nyaman, lalu rewel, sulit makan dan
susah tidur. Namun, di sisi lain demam juga bisa dijadikan "alat bantu"
untuk mendiagnosa penyakit tertentu berdasarkan polanya. Misalnya penyakit
tipus memiliki pola demam sore menjelang malam, atau penyakit malaria
berpola dua hari normal lalu satu hari demam, dan seterusnya.Demam juga
mengindikasikan kekebalan tubuh seorang anak berjalan baik. Saat demam
berarti tubuh sedang melakukan mekanisme pertahanan diri terhadap zat asing.
Zat pirogen yang kemudian dilepaskan tubuh merupakan zat penyebab demam
tersebut. Pirogen sendiri dibedakan menjadi dua, yakni pirogen yang berasal
dari dalam tubuh dan pirogen dari luar tubuh seperti infeksi virus.
APA SAJA PENYEBAB DEMAM?
Banyak hal bisa memicu demam, seperti dehidrasi, gangguan di otak, maupun
tumor. Infeksi saluran kemih yang ditandai dengan sering buang air kecil
disertai rasa perih pun kerap menyebabkan demam. Begitu pula dengan infeksi
tenggorokan yang kerap ditandai dengan radang tenggorokan, ataupun infeksi
sinus dan abses gigi. Demam juga bisa terjadi ketika si kecil kelelahan
setelah bermain di siang hari di bawah terik matahari. Dari semuanya, demam
pada anak paling sering diakibatkan oleh infeksi virus dan bakteri. Ini
terjadi karena penularannya yang begitu mudah, yaitu lewat perantaraan
udara. Virus flu, contohnya, yang begitu mudah menular hanya lewat gejalanya
yaitu bersin-bersin. Masuknya virus ini akan merangsang sistem pertahanan
tubuh yang bersangkutan untuk memberikan perlawanan. Salah satunya dengan
cara meningkatkan suhu tubuh. Dengan suhu tubuh yang tinggi, maka sel darah
putih (leukosit) dan limposit (salah satu jenis sel darah) akan bekerja
lebih baik ketimbang di dalam suhu normal.
APA OBAT TERBAIK ATASI DEMAM?
Masing-masing golongan obat memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi, hal
yang perlu diperhatikan bukanlah merek atau golongan obatnya, melainkan
dosis penggunaannya. Gunakanlah dosis tepat agar bisa berfungsi efektif.
Kini, banyak merek dan golongan obat demam beredar di pasaran. Ada golongan
parasetamol, asetosal dan ibuprofen yang masing-masing memiliki kandungan
zat antipiretik dan analgesik. Antipiretik artinya berkhasiat menurunkan
suhu tubuh, sementara analgesik bermanfaat meredakan nyeri dan rasa tidak
nyaman. Kandungan zat antipiretik tersebut akan bekerja keras menurunkan
suhu tubuh langsung di pusat pengatur suhu tubuh, yaitu di daerah otak
(hipotalamus). Caranya dengan menghambat enzim siklooksigenase yang berperan
pada sintesis prostaglandin. Turunnya suhu ini akan diikuti respons
fisiologis berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke
kulit, dan mudahnya panas tubuh menguap lewat kulit.
PERLUKAH DIKOMPRES?
Kompres telah dikenal sejak dulu sebagai sarana penurun panas. Meski begitu,
kompres haruslah dilakukan dengan cermat agar tidak merugikan kesehatan.
Kompres dengan air es atau es batu hendaknya ditinggalkan karena bersifat
kontraproduktif. Alih-alih menurunkan demam, kompres dengan air es justru
bisa memicu peningkatan suhu tubuh. Pasalnya, air dingin akan menyebabkan
pembuluh darah tepi di kulit mengecil. Akibatnya, panas yang seharusnya
dialirkan oleh darah ke kulit agar keluar tubuh, menjadi terhalang dan tubuh
pun akan bertambah panas. Begitu pula dengan kompres yang menggunakan
alkohol yang juga mesti ditinggalkan. Dulu memang alkohol dinilai efektif
menurunkan demam karena sifatnya yang mudah menguap. Untuk proses penguapan
tadi diperlukan panas yang diambil dari tubuh penderita. Dengan kompres
alkohol, diharapkan panas tubuh akan berangsur turun. Akan tetapi kini
pemakaian kompres menggunakan alkohol sudah tak dianjurkan lagi karena
berbahaya bagi anak. Baluran alkohol pada tubuh akan menguap yang bila
terhirup bisa menimbulkan gangguan pada susunan saraf pusat. Kompres yang
kini banyak dilakukan adalah dengan air hangat. Asumsinya, dengan suhu di
luar yang hangat, maka tubuh akan menganggap suhu di luar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan bereaksi dengan menurunkan suhu yang ada. Bukan
itu saja. Air hangat juga bisa membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar
yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka. Itu berarti memudahkan
pengeluaran panas dari tubuh. Yang juga penting untuk diingat, letakkan kain
kompres di bagian tubuh yang luas dan terbuka, semisal muka dan perut. Baik
pula jika kain kompres diletakkan di bagian tubuh yang memiliki
pembuluh-pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan.
BETULKAH OBAT PENURUN PANAS MESTI DIPAKAI BERSAMA ANTIBIOTIKA?
Banyak orang tua keliru dengan menganggap antibiotika sebagai obat penurun
panas yang ampuh. Apalagi dokter juga kerap meresepkan antibiotika dengan
obat penurun panas, hingga ada anggapan obat penurun panas dan antibiotika
mesti digunakan secara bersama-sama. Tak heran jika banyak orang tua yang
seenaknya membeli antibiotika tanpa resep dokter. Tindakan semacam ini jelas
merupakan kesalahan besar. Perlu diingat, antibiotika bukanlah pereda demam,
melainkan diformulasikan untuk menggempur kuman/bakteri yang menyerang
tubuh. Sementara penyebab demam tidak hanya bakteri dan kuman, tapi juga
virus dan lainnya. Penggunaan antibiotika sembarangan justru bisa
menyebabkan kuman kebal, sehingga di lain waktu penderita malah harus
mengonsumsi jenis antibiotika yang lebih kuat agar kuman dan bakteri yang
menyerang tubuhnya bisa mati.
APALAGI PENANGANANNYA?
Demam biasanya membuat tubuh mengeluarkan cairan lebih banyak. Agar tak
mengalami dehidrasi/kekurangan cairan, usahakan banyak minum atau
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung air seperti sayuran berkuah.
Sediakan aneka minuman yang disukai anak seperti jus buah atau teh manis.
Jangan selimuti anak dengan selimut tebal atau memakaikannya pakaian tebal
karena bisa menghambat pengeluaran panas dari tubuh. Istirahatkan anak
supaya tubuhnya cukup memiliki daya untuk melawan infeksi dengan baik.
Ingat, setiap kenaikan suhu, tubuh memerlukan asupan cairan tambahan.
Semakin tinggi demamnya, kian banyak pula jumlah cairan yang diperlukan.
Cobalah sesering mungkin karena biasanya selagi demam anak cenderung menolak
asupan minuman dan makanan.
BETULKAH ANAK YANG DEMAM TIDAK BOLEH MANDI?
Keliru! Mandi air hangat justru dianjurkan untuk penderita demam seperti
halnya kompres hangat. Selain membuat tubuh segar dan nyaman, mandi juga
sangat baik untuk menghilangkan kuman dan bakteri di kulit. Setelah mandi,
segera keringkan tubuh anak dengan handuk dan cepatlah berganti pakaian agar
ia tidak kedinginan.
KAPAN MESTI DIBAWA KE DOKTER?
Ada beberapa kondisi demam yang mengharuskan orang tua sesegera mungkin
membawa anaknya ke dokter. Di antaranya bila suhu demam sangat tinggi
(melebihi 40° C), disertai keluhan sulit bernapas, kejang, muncul bintik
merah atau biru di tangannya, dibarengi muntah atau diare, dan muncul radang
tenggorokan.
APA AKIBATNYA JIKA DEMAM TIDAK DIATASI?
Jika tidak diatasi, demam bisa menyebabkan kejang atau stuip. Kejang demam
terjadi ketika suhu badan sedemikian tinggi sehingga menyebabkan gangguan
metabolisme basal. Padahal kenaikan suhu tubuh sebesar 1° C saja sudah bisa
menyebabkan kenaikan metabolisme basal (jumlah minimal energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh) sebanyak 10-15%.
Sementara kebutuhan oksigen pada otak naik sebesar 20%.Masalahnya, di usia
balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh
(sedangkan pada orang dewasa hanya 15%). Itulah sebabnya, kenaikan suhu
tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak. Gangguan
keseimbangan sel otak tersebut akan menimbulkan terjadinya pelepasan muatan
listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibatnya, terjadilah
kekakuan otot yang menyebabkan kejang tadi. Bila tidak segera diatasi kejang
demam bisa menyebabkan gangguan di otak, bahkan kematian jika sudah
menyerang sistem pernapasan.
Monday, September 22, 2003
Kaki Ayam Buat Bayi
KOLAGENNYA BISA JADI OBAT Orang Indonesia boleh dibilang kenyang makan ceker ayam atau kaki ayam. Bayangkan, sejak kita boleh mencicipi nasi tim, kaki ayam sudah jadi hidangan favorit kita sehari-hari.
Setelah kita belajar jalan, makin rajin orangtua kita memasok kaki ayam pada sajian nasi timnya. Konon, kaki bayi bisa bertambah kuat kalau anak sering diberi kaki ayam. Sebagian pakar sering protes dengan pendapat ini. Alasannya, bagian ayam yang bergizi tentulah dagingnya. Sementara kaki ayam, jelas-jelas tanpa daging. Kalaupun ada bagian kulitnya yang agak tebal, pasti tidak ikut dimakan si bayi.
Menanggapi pendapat mereka, para orang tua tidak serta-merta mundur. Kaki ayam tetap saja diikutsertakan dalam membuat nasi tim bagi bayi-bayi mereka. "Ya, sudahlah kalau tidak ada gizinya, paling tidak kita bisa memanfaatkan rasa gurihnya. Toh, dulu-dulu juga kita bisa sehat begini, kan, antara lain karena kaki ayam," kata para ibu yang jelas-jelas emoh meninggalkan kebiasaan yang sudah turun-temurun itu.
Kaki ayam memang memberi rasa gurih. Hingga orang dewasa pun banyak yang hobi makan kaki ayam. Entah kaki ayam yang dimasak ala dimsum atau kaki ayam yang dijadikan keripik bergengsi yang harganya luar biasa melambung itu. Sebetulnya, betulkah kaki ayam sama sekali tidak bermanfaat, atau betulkah kaki ayam bisa menguatkan kaki dan otot bayi hingga lebih cepat berdiri kokoh dan berjalan?
Mari kita lihat apa saja yang terkandung dalam kaki ayam itu. Di dalam kaki ayam terdapat kulit, otot, tulang, dan kolagen. Kolagen adalah sejenis protein jaringan ikat yang liat dan bening kekuning-kuningan. Kalau kena panas, kolagen akan mencair menjadi cairanyang agak kental seperti lem. Nah, susunan utama pada ceker ayam adalah asam amino, yakni komponen dasar protein. Di dalam asam amino itu antara lain terdapat glisin-prolin, hidroksiprolin-agrinin-glisin. Kaki ayam juga mengandung zat kapur dan sejumlah mineral.
Dengan begitu memang masuk akal juga kalau orang tua kita tetap bertahan untuk menyuguhkan kaki ayam bagi anak-anaknya. Sebab, jenis asam amino prolin danhidroksiprolin serta zat kapur jelas-jelas dibutuhkan dalam pertumbuhan anak. Betul memang kaki ayam tidak berdaging, tetapi seperti diuraikan diatas, saat kena panas, kolagen yang terkandung dalam kaki ayam segera mengalir dan bergabung di dalam nasi tim kita. Nah, kolagen inilah yangkita manfaatkan, bukan dagingnya. Memang untuk mendapatkan gizi yang cukup anak tidak hanya perlu mendapat kaki ayam, tetapi juga tentu dagingnya. Tetapi kebiasaan memberi anak makan kaki ayam, tetap tidak perlu ditinggalkan.
TAK CUMA PERTUMBUHAN ANAK
Fungsi kolagen, tak cuma untuk pertumbuhan anak, lo. Orang yangmenderita rematik pun, amat dianjurkan sering-sering makan kaki ayam. Kenapa begitu? Karena protein kolagen ayam memiliki antigen yangbersifat imunogenik. Ceritanya, di dalam tubuh kita terdapat dua macam antigen. Yakni antigen asing dan antigen diri. Setiap antigen bisa bersifat antigenik dan imunogenik. Antigen yang antigenik dapat berikatan dengan antibodi, meski tidak bisa merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap antigen. Sementara antigen yang imunogenik juga mampu berikatan dengan antibodi spesifik, tetapi juga mampu menghasilkan antibodi spesifik terhadap antigen. Nah, antibodi terhadap antigen inilah yang perlu dirangsang bagi penderita rematik. Tentu hubungan sang antigen tadi dengan penyakit rematik punya uraian ilmiah yang panjang sekali, yang agak sulit kita pahami sebagai orang awam. Yang jelas, makan kaki ayam secara rutin mulai dianjurkan bagi penderita rematik
CARA MENGOLAH
Betapapun hebatnya peran si kaki ayam, tentu kalau cuma ditim atau direbus belaka, Anda enggan menyantapnya, kan? Apalagi kalau dihidangkan setiap hari. Begitu juga dengan nasi tim si kecil. Jangan coba-coba cuma menghadirkan nasi tim dengan kaki ayam yang itu-itu saja dari hari kehari. Bisa-bisa si kecil kelak tidak doyan makanan lainnya. Atau malah tidak mau makan.
Seperti nasi tim yang bisa kita buat variatif dengan menambahkan Bahan lain secara berganti-ganti, kaki ayam untuk pengobatan ini pun bisa kita olah jadi hidangan lezat yang variatif. Yang jelas, olahlah kaki ayam dengan cara direbus atau ditim, bukan digoreng.
Kaki ayam yang digoreng sudah rusak struktur protein kolagennya akibat suhu yang tinggi. Perebusan dan pengetiman tidak lebih dari 100 derajat Celsius hingga dijamin tidak merusak protein si kaki ayam. Meski cuma boleh direbus dan ditim, sebetulnya kaki ayam bisa dibuat menjadi berbagai jenis hidangan.
Sunday, April 13, 2003
Common Problem with Baby
Nafas Tersumbat.
Bayi yang normal pada usia ini tidak akan bernafas melalui mulut kecuali bila ia kekurangan udara. Akan tetapi, bayi mungkin akanmengalami hidung sesak sama seperti orang lain juga, karena udara kering,debu, atau bulu halus dari selimut.
Alat pelembab di kamar bayi mungkin dapat membantu. Juga dapat membantu kalau tempat tidur bayi di bagian kepaladinaikkan beberapa inci sehingga bayinya dapat menelan udara yang keluardari hidung.
Kalau banyak lendir mengumpul di hidung, beberapa dokter anakakan menganjurkan agar beberapa tetes larutan garam (1/4 sendok teh garamdalam 240 cc air disterilisasi dengan mendidihkannya selama 3 menit) digunakan untuk membersihkan hidung tersebut. Namun, penanganan seperti iniumumnya belum diterima secara menyeluruh. Beberapa praktisi percaya tindakanini hanya akan menambah iritasi hidung, dan menyebabkan produksi lendir lebih banyak lagi.
Menangis dan kolik.
Pada bulan-bulan pertama, menangis sebenarnya hanyamerupakan cara seorang bayi untuk berkomunikasi. Menangis sering menandakanrasa lapar, tetapi tidak selalu. Bayi mungkin merasa terlalu panas atauterlalu dingin, basah, takut, atau hanya merasa tidak enak badan. Bayimungkin sering menangis khususnya selama beberapa hari setelah tiba di rumahdari rumah sakit, karena ia harus menyesuaikan diri dengan rutinitas baru.Bayi yang masih muda sering menangis lama meskipun tidak ada apapun yangterjadi.
Beberapa dokter mengatakan bahwa seorang bayi tidak mempunyai cara lain untuk menenangkan diri atau keluar dari proses yang membuatnya lemahkarena belajar tentang dunia ini. Bayangkan seperti apa ini, dengan tidakmengerti apapun yang dilihat atau didengar seseorang, tergantung pada oranglain untuk memperoleh setiap rasa nyaman dalam hidupnya. Tentu saja hidupini melelahkan, dan menangis merupakan cerminan dari kelelahan tersebut.
Bayi yang tidak rewel tidak tampak tidur seperti yang lainnya.
Di AmerikaSerikat, masalah nutrisi serius jarang merupakan alasan mengapa seorang bayimenangis, dan anak yang benar-benar kekurangan gizi akan terlihat lesu danbodoh. Penyebab bayi menangis yang paling serius ialah infeksi telinga,gangguan pada perut yang mendadak akibat pencernaan yang tidak normal, atauinfeksi (khususnya kalau disertai oleh demam). Akan tetapi dalam banyakkasus, ada tanda-tanda lain dari penyakitnya. Bayi tampak sakit dan seringmemperlihatkan rasa tidak tertarik tiba-tiba akan makanan.
Dalam situasiseperti itu, bayi sering tiba-tiba menangis.Beberapa bayi di bawah usia 4 bulan menangis selama 12 hingga 14 jam perhari. Masalah yang mengganggu ini dikenal sebagai kolik, dan inilah suatukondisi yang penyebabnya belum diketahui. Umumnya, kolik mulai pada usia 2hingga 3 minggu dan menghilang antara bulan ketiga dan keempat. Beberapabayi yang mempunyai kolik tiba-tiba menjerit; yang lain hanya menangisnormal, tetapi selama berjam-jam baru diam. Bayi ini mungkin tampaknyasangat kesakitan, menarik kakinya dan mengeluarkan udara dari perutnya.Dokter anak bahkan tidak setuju tentang apakah kolik ini suatu penyakit atautidak. Beberapa berpendapat hal ini terjadi karena sistem pencernaan yangbelum matang atau gas dalam perut yang kronis; yang lain berpendapat hal inimerupakan kepekaan yang terlalu tinggi terhadap lingkungan yang berisik danhiruk-pikuk.
Memang kolik lebih umum ditemukan pada bayi yang aktif danpeka, dan dapat makin parah akibat ketegangan yang diakibatkannya dalam diriorang tuanya.Kolik jenis ini tidak berbahaya kecuali disebabkan oleh suatu kondisi yangserius. Ini dapat dipastikan dengan melalukan pemeriksaan terhadap bayi,pengukuran suhu badan, kadang-kadang pemeriksaan feses (kotoran) untukmemastikan apakah ada darah, atau pemeriksaan radiologis perut.
Salah satupenyebab serius kolik ialah intususepsi, yaitu terselipnya sebagian usus diatas yang lain. Hal ini menyebabkan pembuluh darah yang menyuplai darah keusus menjadi kaku dan tersumbat dan, kalau tidak dibetulkan, akhirnyamengakibatkan kerusakan jaringan, penyumbatan usus, dan terdapat darah dalamfeses.
Riset baru-baru ini di Swedia, yang mempelajari kolik pada bayi yang masihmenyusui melaporkan bahwa kalau ibu tidak lagi meminum produk susu, kolikbayinya akan hilang, dalam sebagian besar kasus, hilang dalam delapan harisaja.
Satu-satunya cara lain untuk menangani sebagian besar kolik ialah tindakan menenangkannya, seperti:Meletakkan bayi tidur di atas perut ibunya, Membungkus bayi dengan erat dalam selimut, Menggendong bayi tegak atau dekat dengan dada dalam gendongan bayi, Membawa bayi naik mobil atau meletakkannya di atas mesin cuci yang sedangdihidupkan agar ia merasakan getarannya.Kadang-kadang, obat diberikan untuk mencegah spasme (kekakuan) pencernaan,tetapi ini tidak selalu berfungsi dan tidak dianjurkan memberi bayi obatkarena sebab yang belum jelas.Beberapa dokter secara bercanda merujuk kolik sebagai suatu keadaan yangdisebabkan oleh bayi dan yang akan mempengaruhi orang tuanya.
Barangkali,salah satu masalah yang serius dengan kolik ialah bahwa keadaan ini mengganggu terbentuknya hubungan yang baik antara orang tua dan bayinya.Penting untuk dapat beristirahat dari stres yang disebabkan oleh bayi yangterus-menerus menangis. Caranya dengan kedua orang tuanya secara bergantianmengasuhnya atau dengan melibatkan pengasuh yang dapat dipercaya selamabeberapa jam untuk beberapa kali dalam seminggu.
Juga, cukup membesarkanhati bila kita tahu bahwa masalah ini selalu hilang sendiri hanya dalambeberapa bulan.
Bagi orang tua, kunci utama dengan masalah kolik ialahbertahan sampai bayinya mencapai usia empat bulan, dan di sini kepastian dannasihat dari dokter anak dapat membantu.
Disintegrasi ego.
Banyak bayi rewel setiap hari pada sore hari menjelangmalam atau pada awal-awal malam hari. Ahli psikologi anak Anna Freud merujukmasa ini sebagai "disintegrasi ego", yaitu suatu masa waktu bayi letihkarena sepanjang hari mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan dandirinya sendiri, dan kehilangan kontrol atas keseimbangan emosional. Seorangbayi pada usia ini tidak tahu bagaimana harus rileks, dan dengan demikianakhirnya ia menjadi rewel. Sayangnya, masa-masa keras kepala ini seringterkait dengan masa dimana ibunya dan/atau ayahnya tiba di rumah dari tempatkerja, barangkali mengalami suatu disintegrasi ego mereka sendiri. Orang tuasebaiknya memahami bahwa kerewelan ini tidak ada kaitannya dengan penolakanbayi terhadap mereka; sebaliknya, ini merupakan bagian dari siklus normaldalam 24 jam. Orang tua sebaiknya didorong untuk bermain-main dengan bayinyawalaupun mereka rewel. Ini dapat berubah menjadi suatu pertemuan yangmenyenangkan, karena masa yang tidak biasa ini sering berubah tiba-tibamenjadi masa yang membahagiakan.
Jatuh.
Orang tua sebaiknya membiasakan diri untuk tetap memberikan satutangan pada bayi setiap kali bayi ini berada di meja ganti atau di tempatlain yang memungkinkan bayi ini terjatuh. Sulit mengetahui kapan seoranganak akan belajar membalikkan tubuhnya. Sayangnya, karena tengkorak bayimasih cukup lunak dan sanggup menyerap hantaman karena jatuh, bayi umumnyasanggup menahannya dan tidak terluka meskipun ia jatuh dan sangat menakutkandi mata kita semua. Akan tetapi, kalau seorang bayi tidak memberi tanggapansetelah jatuh atau muntah, atau kalau pupil matanya tidak memberi tanggapanpada sinar langsung yang diarahkan, ia mungkin mengalami gegar otak atausuatu luka lain dalam otak, dan sebaiknya langsung diperiksa oleh dokter.
Minum susu.
Orang tua mungkin sangat tergoda untuk memberi makanan formula kepada bayi dan memasukkan botol ke mulut bayi dan kemudian meninggalkannyasendirian. Akan tetapi, tindakan ini sebaiknya dihindarkan. Bayi dapat sajatersedak waktu orang tuanya tidak melihatnya dan tidak mendengarnya. Selainitu, hal ini dapat sangat mengganggu peluang anak mengalami perkembangan normal.
Minum susu merupakan masa-masa penting untuk melakukan komunikasiyang penuh kasih sayang bagi bayi dengan minum dari botol maupun denganmenyusu, dan kontak mata juga merupakan hal penting. Kalau dibiarkansendirian bersama botolnya, ini merupakan tindakan dingin dan tidakmenggairahkan untuk mendapatkan makanan, dan mungkin akan menyebabkanmasalah perilaku di kemudian hari kalau makanannya menjadi satu-satunya sumber kegembiraan seorang bayi.
Ruam kulit.
Kadang-kadang pada usia antara minggu keempat dan kesepuluh,banyak bayi mengalami ruam seperti jerawat di muka maupun leher, yangterdiri dari benjolan kecil dengan ujung tengah berwarna putih. Ruam datangdan pergi, kadang-kadang makin buruk kalau bayinya panas atau menangis.Menurut pendapat orang, ruam ada hubungannya dengan perubahan hormon waktuhormon ibu hilang dari sistem tubuh bayi. Orang tua tidak perlu melakukanapapun tentang ruam ini, yang akan menghilang dengan sendirinya dalambeberapa minggu.Garukan. Beberapa bayi mungkin menggaruk wajahnya, tetapi garukan ini akancepat sembuh dengan atau tanpa pengobatan.
Penglihatan.
Para ahli berbeda pendapat tentang apa tepatnya yang dapatdilihat seorang bayi pada usia ini. Beberapa studi mengatakan bahwa bayipada usia bulan kedua tidak dapat melihat benda sejauh 2 atau 2,5 m, tetapibanyak dokter anak dan orang tua beranggapan bahwa bayi ini sudah sanggupmelihatnya, kalau mereka tertarik.
Senyum.
Pada akhir bulan kedua, sebagian besar bayi senyum pada sesuatu yangmenyenangkannya dan mengeluarkan suara karenanya, bukan menangis.
Mengisap jari.
Bukan hal yang asing dan sangat umum terjadi kalau bayi pada usia ini mulai mengisap jarinya. Jenis perilaku ini merupakan tanda awal danpenting dalam hal kepuasan diri. Isapan jari bukan tanda kurangnya susu ataukurangnya makanan. Hampir setiap bayi perlu bahan isapan tambahan, danjempol dan jari lainnya merupakan sumber alaminya. Dot merupakan penggantiyang tepat dan, beberapa dokter gigi percaya, lebih baik untuk perkembangangigi untuk masa depan (tetapi hal ini masih mengundang kontroversi).
Vaksinasi.
Kunjungan kedua bayi ke dokter sebaiknya terjadi pada bulankedua. Selain untuk meneruskan pengukuran pertumbuhan bayi, dokter akanmemberikan vaksinasi pertama anak pada anak. (Vaksinasi hepatitis B mungkintelah dilakukan di rumah sakit tak lama setelah bayi lahir.)(sumber : satumed.com)
Wednesday, April 09, 2003
Tes Urine Hindari si Kecil dari Kebodohan
Boleh dibilang, tes urin pada bayi baru lahir tergolong baru. Apalagi memang baru sekitar 2-3 tahun lalu tes urin "masuk" ke negeri kita. Namun di luar negeri, tes urin pada bayi baru lahir sudah dilakukan sejak tahun 90-an.
Ada beberapa hal yang membedakan tes urin dengan tes darah. Pertama, seperti diterangkan Dr. Sanarko Lukman Halim, SpPk, pada tes darah, setiap pasien akan diambil darahnya. "Nah, jika bayi harus tes darah, biasanya darah diambil dengan menusukkan jarum ke tumit bayi. Cara pengambilan ini membuat orang tua tak tega mendengar tangisannya. Sedangkan pada tes urin, yang dibutuhkan cuma urin bayi yang ditaruh di kertas saring untuk dideteksi."
Perbedaan kedua, tes darah disebut one test-one disorder. Maksudnya, satu tes hanya untuk mendeteksi satu penyakit. Sedangkan tes urin, hanya dengan satu kali tes, bisa mendeteksi sekitar 100 kelainan (one test-many disorders). Adapun kelainan yang dideteksi ialah kelainan metabolik yang banyak ragamnya.
ANEKA KELAINAN
Dalam istilah kedokteran, kelainan metabolik disebut Inborn Error of Metabolism atau IEM, yaitu kelainan yang disebabkan ketidakseimbangan sel-sel dan organ metabolisme dalam tubuh. "Jadi, IEM adalah kelainan yang dibawa dari lahir," ujar Halim.
Ada banyak jenis IEM tapi semuanya tak bisa dilihat langsung. Artinya, sewaktu lahir bisa saja bayi terlihat sehat dan kesadarannya baik, tapi sebenarnya fungsi otak dan beberapa jaringan lain berkurang karena mengidap IEM. Misal, bayi-bayi yang mengalami PKU atau phenyketonuria, "akan tampak normal pada waktu lahir tapi sebenarnya mereka mengalami kekurangan salah satu enzim dalam pencernaannya.
Hingga, kala diberi susu malah akan sakit." Gejalanya: bayi mengalami kesulitan minum hingga sering menyebabkan muntah proyektil, yaitu muntah yang keluarnya memancur. Jadi, bukan gumoh. Pada gumoh, susu biasanya cuma keluar di sudut mulut bayi.
Semula, PKU diduga hanya terdapat pada orang kulit putih (caucasians), tapi penyelidikan terbaru menunjukkan kasus PKU sudah terdapat di Asia. "Karena sekarang, kan, kita ini masyarakat majemuk, banyak yang menikah dengan orang Barat. Jadi, walaupun jarang, PKU bisa terjadi juga di Indonesia," kata Penanggung Laboratorium Klinik Johar ini.
Lain lagi dengan bayi-bayi yang mengidap galactosemia, "mereka tak bisa mencerna bahan-bahan yang terkandung dalam susu dengan baik." Jika pada bayi normal di dalam tubuhnya bisa terjadi proses pencernaan yang dapat mengubah laktosa (gula susu) menjadi glukosa yang berguna untuk energi, maka bayi yang mengalami galactosemia tak bisa melakukannya karena si bayi tak memiliki enzim pencernaan tersebut. "Lama kelamaan laktosanya akan mengumpul dan berubah menjadi racun. Jadi bayi ini biasanya kalau puasa malah tambah sakit, kalau dikasih makan juga sakit karena makanan tersebut berubah jadi racun."
Jenis IEM lain ialah MSUD atau Maple Syrup Urine Disease, homocystinuria, dan Congenital Adrenal Hyperplasia. "Pada MSUD, bayi mengalami kelainan reaksi kimia yang membuat kadar asam amino di dalam darahnya meningkat." Gejala utama MSUD ialah muntah dan hilangnya kesadaran (koma), serta kematian bila tak diobati. Sedangkan pada homocystinuria, "bayi mengalami defisiensi suatu enzim yang berfungsi mengatur belerang dalam tubuh. Akibatnya, bayi bisa mengalami kelainan tulang atau osteoporosis dan gejala kelainan pembekuan atau thrombo-embolism." Akan halnya Congenital Adrenal Hyperplasia, mengakibatkan bayi mengeluarkan banyak garam melalui urin. "Biasanya pada bayi laki maupun perempuan ditemukan kadar hormon pria yang tinggi, sehingga bayi perempuan sering diduga bayi laki."
Dalam jangka panjang, terang Halim, kelainan-kelainan IEM ini bisa menyebabkan bayi mengalami mental retardation (retardasi mental) karena mereka tak bisa mencerna bahan-bahan yang ada di dalam darah, hingga terakumulasi menjadi racun. "Kalau sudah begini biasanya lever bayi bisa membengkak, sementara racun-racun dalam tubuhnya mengakibatkan pertumbuhan bayi jadi terhambat dan dia bisa menjadi bodoh."
CUKUP DENGAN POPOK
Nah, mengingat dampaknya amat vital buat tumbuh kembang bayi selanjutnya, Halim menyarankan agar dilakukan tes urin pada bayi baru lahir. Soalnya, kelainan IEM bukan cuma tak kasat mata, tapi juga tak bisa diketahui siapa saja yang berisiko terkena kelainan IEM. Namun begitu, Ibu-Bapak juga tak usah terlalu cemas, karena kelainan IEM amat jarang terjadi. "Tapi bukan berarti enggak ada, lo!" ingat Halim.
Jadi, tak ada salahnya, ya, Bu-Pak, kita coba lakukan tes urin pada si kecil yang baru lahir. Toh, tes ini juga cukup mudah dilakukan. Maksudnya, tak seperti tes darah yang harus menusukkan jarum ke tumit bayi hingga menimbulkan rasa sakit pada si bayi, tes urin hanya memerlukan popok bekas ompol si kecil yang lalu diserap di kertas saring untuk dideteksi.
Prinsip uji saring IEM, terang Halim, mengukur secara simultan kadar asam organik, asam nukleat, dan berbagai jenis asam amino untuk mendeteksi sekaligus berbagai jenis kelainan metabolik. "Setiap bayi minum susu, kan, bahan-bahan yang ada dalam kandungan susu tersebut masuk ke usus, 'pergi' ke darah,lalu dari sini menjadi air seni. Nah, dari sinilah urin tersebut dideteksi. Misal, dalam tubuh bayi A tak mengandung bahan X, berarti si bayi sehat. Namun bila ditemukan bahan-bahan yang seharusnya tak ada berarti si bayi tak sehat," terangnya.
Biasanya tes urin dilakukan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah kelahiran. Pada saat itu, bahan-bahan makanan yang masuk ke tubuh sudah terkumpul dengan baik, hingga bisa dideteksi dengan baik pula. "Jika sebelum usia tersebut sudah dilakukan tes urin, memang bisa saja, tapi hasilnya biasanya tak begitu efektif." Soalnya, walau bahan makanan sudah terkumpul tapi belum dikeluarkan melalui urin karena tubuh masih bisa mentoleransi.
Dengan satu kali tes urin, lanjut Halim, kelainan IEM yang bisa dideteksi mencapai 101 jenis. Bila tes menunjukkan hasil positif, si bayi harus melakukan tes ulang atau malah melakukan tes darah untuk keakuratan. Bilapun tes-tes tersebut tetap menunjukkan hasil positif, tak perlu langsung was-was, karena bila sudah diketahui sejak dini (sebelum usia satu bulan ), kelainan IEM bisa dicegah dan diobati. Pengobatan biasanya terdiri perubahan diet, pemberian hormon pengganti, dan pencegahan hal-hal tertentu, tergantung jenis kelainan IEM yang dialami bayi.
Adapun biaya sekali tes urin, memang relatif lebih mahal ketimbang tes darah. Namun dibanding hasil tesnya yang lebih banyak, tak ada salahnya bukan bila kita mencoba tes urin? Toh, demi kebaikan si kecil dan masa depannya. Iya, kan, Bu-Pak?
Enam Target Test Urin
Di Jepang, uji saring massal kelainan metabolik yang dilakukan pada bayi-bayi neonatus (baru lahir), mencakup PKU, MSUD, homocystinuria, Congenital Adrenal Hyperplasia, dan galactosemia. Kelima jenis kelainan IEM ini, terang Halim, merupakan target yang dipilih dari tes urin untuk dideteksi sejak dini. Pasalnya, bila pengobatan dilakukan terlambat, si kecil yang mengidap kelainan tersebut akan mengalami retardasi mental berat, bahkan mungkin meninggal.
Masih ada lagi satu jenis kelainan IEM yang menjadi target, yaitu Hypotiroidi Congenital. Hanya saja, kelainan yang satu ini dideteksi bukan melalui tes urin, melainkan menggunakan sampel darah kering. Hypotiroidi Congenital atau hipotiroid bawaan, merupakan keadaan dimana kelenjar gondok atau tiroid yang lazimnya memproduksi hormon tiroid, tak memproduksi hormon tersebut.
Bila tak segera diobati, bayi yang mengalami hipotiroid bawaan juga akan tumbuh menjadi anak yang menderita retardasi mental. Namun bila sejak dini sudah diketahui mengidap kelainan tersebut, "masih bisa diselamatkan." Pengobatannya pun amat mudah, yaitu hanya dengan memberikan tablet yang mengandung hormon tiroid untuk mengimbangi tubuh si kecil yang kekurangan hormon tersebut.
Tuesday, April 08, 2003
Bila Ubun-Ubun Menutup Terlalu Cepat
Sampai beberapa bulan setelah dilahirkan, tulang-tulang kepala bayi sebetulnya belum menyambung satu sama lain. Namun letaknya telah tersusun berdampingan secara rapi. Keadaan ini memungkinkan jaringan otak berkembang menjadi lebih besar, karena terdapat ruang yang bisa mengikuti besarnya otak.
Perlu diketahui, kepala bayi dibentuk oleh beberapa lempeng tulang, yaitu 1 buah tulang di bagian belakang (tulang oksipital), 2 buah tulang di kanan dan kiri (tulang parietal), dan 2 buah tulang di depan (tulang frontal). Di antara tulang-tulang yang belum bersambung itu terdapat celah yang disebut sutura. Sutura-sutura ini ada yang membujur dan ada pula yang melintang. Nah, titik silang celah-celah itulah yang membentuk ubun-ubun depan (besar) dan ubun-ubun belakang (kecil).
"Ubun-ubun dan sutura-sutura ini normalnya menutup antara usia 6-20 bulan," kata dr. Irawan Mangunatmaja, Sp.A(K) dari Sub-Bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Jadi, kalau ternyata di bawah usia 6 bulan sutura tulang tengkoraknya sudah menutup, bisa dikatakan menutup terlalu cepat. Jika masing-masing tulang sudah bersambungan satu sama lain, biasanya ubun-ubun juga ikut menutup. Istilah medis untuk penutupan sutura ini, craniosynostosis, berasal dari kata cranio yang berarti tulang tengkorak, syn yang berarti bergabung, dan ostosis yang artinya tulang.
Secara kasat mata, akibat proses penutupan tulang tengkorak yang kelewat dini bisa dilihat melalui bentuk kepala yang tak normal. Ketidaknormalan ini terjadi karena pertumbuhan kepala cenderung mengarah ke tulang yang suturanya menutup belakangan. Ketidaknormalan bentuk itu tentu saja tampak berbeda-beda, tergantung sutura mana yang menutup lebih dulu. "Sebagai contoh, kalau sutura bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan kepala akan lebih mengarah ke belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul."
DETEKSI KELAINAN
"Sutura atau ubun-ubun yang sudah menutup bisa mulai diketahui dari pemeriksaan yang dilakukan saat bayi baru lahir." Dokter yang menolong persalinan biasanya dengan mudah bisa melihat kelainan itu. Ia akan curiga bila kepala bayi tampak lebih kecil dibandingkan badan. Yang normal, kepala bayi justru terlihat lebih besar daripada bagian tubuh lainnya karena keliling lingkar luar kepalanya sama dengan keliling dadanya.
"Inilah letak pentingnya mengukur lingkar kepala bayi pada saat ia lahir," tandas Irawan. Dengan begitu, bisa segera diketahui bila sudah ada kecenderungan ubun-ubun menutup terlalu cepat. Pengukuran ini tentu saja tidak hanya sekali, tapi terus dilakukan setiap bulan bersamaan dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk mengetahui apakah ukuran lingkar kepala bayi normal atau tidak, dokter berpatokan pada grafik lingkar kepala berdasarkan umur yang disebut grafik Nellhaus. Dengan grafik ini, adanya kelainan pada ukuran lingkar kepala dan proses pertumbuhannya bisa terdeteksi, baik jika kepala terlalu besar (misalnya karena hidrosefalus) atau terlalu kecil, misalnya karena craniosynostosis.
"Selain itu, pemeriksaan bisa dilakukan dengan meraba ubun-ubun besar bayi, apakah ukurannya normal atau tidak. Diameter ubun-ubun besar yang normal berkisar antara 0,63,6 cm dan bila diraba akan terasa berdenyut karena memang ada pembuluh darah di bawahnya," kata Irawan.
Pemeriksaan ubun-ubun dan lingkar kepala ini sebenarnya tidak sulit. Orang tua pun bisa melakukannya di rumah. Lain hal dengan perabaan terhadap sutura kepala bayi yang biasanya agak lebih sulit. Bagaimanapun, celah antar tulang ini memang tak sebesar ubun-ubun.
Jika dari pemeriksaan ukuran dan perabaan kepala dicurigai ubun-ubun menutup terlalu cepat, dokter akan memeriksanya lebih jauh dengan CT Scan. Alat ini bisa memberi gambaran yang lebih jelas.
PENYEBAB DAN DAMPAK
Jika pada saat dilahirkan ubun-ubun bayi sudah menutup, maka kemungkinan penyebabnya bisa merupakan kelainan bawaan atau infeksi selama kehamilan. Di samping itu, craniosynostosis antara lain bisa juga disebabkan gangguan perkembangan jaringan otak dan kelainan tulang seperti osteopetrosis (pertumbuhan dan kepadatan tulang yang berlebihan).
Namun pada kebanyakan kasus, kelainan tulang hanya merupakan salah satu dari beberapa kelainan yang ditemukan dalam sindrom-sindrom tertentu. Oleh karena itu, dokter juga akan melihat, apakah kelainan pada ubun-ubun dan tulang kepala ini merupakan satu-satunya kelainan, atau merupakan bagian dari berbagai kelainan dalam sindrom tertentu. Kalau ternyata ada kelainan pada organ lain, tentunya akan dilihat juga, bagaimana penanganannya secara keseluruhan, tidak hanya kelainan di tulang tengkoraknya ini.
Sudah pasti, ubun-ubun yang menutup terlalu cepat akan menghambat perkembangan otak bayi dan menimbulkan gangguan. Dengan kata lain, sel-sel otak yang yang seharusnya berkembang malah tertahan oleh tulang tengkoraknya sendiri. "Biasanya gangguan yang muncul berupa cerebral palsy, atau kelumpuhan yang sifatnya kaku," tutur Irawan.
Kalau saja, penutupan yang terlalu cepat itu terjadi pada usia yang tidak jauh dari batas normal (6-20 bulan), tentu kelainannya tak terlalu berat. Begitu pula jika ubun-ubun yang menutup itu tak diikuti dengan penutupan sutura-sutura lainnya, maka gangguan yang terjadi tentu akan lebih ringan daripada bila ubun-ubun dan suturanya sama-sama sudah menutup.
Beda halnya jika proses penutupan tulang tengkorak berlangsung sejak ia baru lahir atau berada di kandungan, proses keterhambatan perkembangan otaknya tentu lebih lama sehingga gangguan yang timbul akan lebih banyak dan berat. Artinya, manifestasi gangguan tumbuh kembang pada bayi yang bersangkutan bisa berbeda-beda, tergantung pada bagian otak sebelah mana yang perkembangannya terhambat, dan kapan terjadinya proses penghambatan atau penutupan itu.
HARUS OPERASI
Jika memang diketahui suturanya sudah menutup, maka perlu dilakukan tindakan operasi oleh dokter bedah saraf untuk melepas lagi sambungan tersebut. Dengan begitu, diharapkan otaknya tetap bisa terus tumbuh dan berkembang. "Ini satu-satunya cara untuk mencegah gangguan makin parah." ujar Irawan. "Hanya saja, kadangkala walau sudah dioperasi, tulangtulang itu bisa cepat menyambung lagi."
Pertimbangan untuk mengambil tindakan operasi, juga bergantung pada apakah si bayi mengalami peningkatan tekanan intra kranial (dalam kepala). Jika memang terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan dalam kepala, maka tindakan operasi harus segera dilakukan.
Tekanan bisa terjadi bila sutura kepala dan ubun-ubun sudah menyatu sementara jaringan otak di bawahnya tetap berkembang dan bertambah besar sehingga dalam rongga otak tak lagi tersedia ruang. Desakan yang terus-menerus bahkan bisa sampai menimbulkan herniasi, yaitu ada bagian otak yang terdorong keluar dari rongga otak ke arah dasar kepala. Pada anak, gejala peningkatan tekanan dalam kepala ini bisa berupa muntah, lemas tak bertenaga (letargi), dan matanya melotot. "Bahkan kalau sudah berat keadaannya, bisa ada gangguan kesadaran," demikian Irawan memberi gambaran.
Sebaliknya, bila diketahui bahwa jaringan otak bayi yang bersangkutan tidak lagi berkembang dan karenanya tak terjadi peningkatan tekanan intra kranial, maka tindakan operasi tak dilakukan. "Manfaatnya tidak akan besar," komentarnya, "bahkan bisa jadi sutura di kepala dan ubun-ubun itu menutup lebih cepat karena memang otaknya tak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik." Jika memang demikian yang terjadi, maka upaya penanganan harus difokuskan pada terapi untuk mengatasi kerusakan atau gangguan perkembangan yang telah terjadi.
Martin Leman
Tabloid Nakita onLine
Main yuk sayang ...
KEAMANAN & KEBERSIHAN
· Jauhkan benda-benda mungil yang mudah masuk ke mulut, hidung, atau kuping si kecil. Benda-benda besar bukan berarti tak berbahaya, lo. Terlebih yang mudah patah karena patahannya bisa juga termakan.
· Jangan tinggalkan ia bermain sendiri dengan benda seperti tali, pita, benang, atau sejenisnya. Selain dapat membuatnya tercekik juga bisa melukai jemarinya.
· Hindari benda yang terlalu berat yang amat berpeluang membuatnya terluka bila tertimpa.
· Jangan memberi benda-benda yang memiliki cat/tinta yang mudah luntur. Semisal, surat kabar dengan kualitas tinta cetak yang buruk.
· Hindari memberi benda berujung tajam yang dapat menusuk/melukai tubuhnya atau mencolok mata.
· Secara teratur, cuci dan rebus benda-benda yang akrab dipakai bermain si kecil.
Faras Handayani. Foto: Vitri/nakita
CATATAN PERKEMBANGAN
-Sadar akan suara yang ada di sekeliling.
- Membantu mengenal berbagai benda.
- Merangsang otot mata agar lebih terfokus.
Rangsang dengan sesuatu yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyian untuk didengar.
- Peralatan dapur dari stainless steel.
- Kain-kain bermotif dengan warna cerah.
- Botol plastik yang diisi benda-benda kecil sehingga bisa menghasilkan bunyi. Seperti klip, kancing, beras atau pasir.
Mainan yang dapat mengeluarkan bunyi untuk menstimulasi pendengaran si kecil.
CATATAN PERKEMBANGAN
Siapkan sebuah tali memanjang di boks. Gantung berbagai benda ringan warna cerah. Misal, kaos kaki yang disumpal tisu, saringan teh, kancing-kancing yang diuntai.
Mainan gantung berwarna cerah
CATATAN PERKEMBANGAN
Selalu berusaha menggapai sesuatu
Agar aman, aktivitas sebaiknya dilakukan di kursi dorongnya.
Taruh gelas-gelas plastik berwarna cerah atau benda-benda lain dengan warna jreng di meja kursi dorongnya.
Pilih mainan yang dirancang untuk ditaruh di kursi bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
Dapat duduk tanpa dibantu walau sebentar.
Memasukkan semua benda ke dalam mulut
Untuk melatih duduk, sediakan sesuatu yang bisa dipukul. Misalnya panci dan sendok kayu.
Teether merupakan mainan yang dirancang aman untuk masuk mulut
CATATAN PERKEMBANGAN
Posisi merangkak, tapi belum bisa bergerak maju.
Untuk melatihnya merangkak, beri mainan yang bergerak.
Berikan wadah berbentuk tabung, hingga dapat menggelinding.
Bola dapat mendorong si kecil untuk merangkak
CATATAN PERKEMBANGAN
Dapat menggunakan jarinya untuk menjumput atau memutar telepon
Tengah mengembangkan komunikasi dengan belajar menyatukan beberapa suara menjadi kalimat
Untuk latihan menjumput dapat menggunakan roti, kentang, wortel atau buncis yang dipotong kecil-kecil.
Telepon-teleponan baik untuk mendorong si kecil mengoceh
CATATAN PERKEMBANGAN
- Senang mengisi dan mengosongkan suatu wadah.
- Senang menjatuhkan barang.
Dapat berjalan dengan bantuan
Untuk memenuhi keinginannya untuk selalu mengisi dan mengosongkan, biarkan ia membongkar barang belanjaan.
Alat bantu jalan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Mengenal benda yang tergambar di buku.
Pilih gambar dengan warna cerah, besar dan sederhana.
Majalah/buku bekas.
Buku antirobek
Monday, April 07, 2003
Bahaya Kelebihan AA/DHA
Dijelaskan dokter spesialis anak sub bagian gizi dan metabolik bagian ilmu kesehatan anak FKUI, RSCM, Dr Sri Nazar SpA(K), kelebihan AA/DHA dalam makanan bayi justru bisa menyebabkan anak kehilangan daya imunisasi tubuh.
Selain itu, kelebihan zat ini juga bisa menyebabkan darah lebih encer hingga masa pendarahan lebih lama dan daya tahan tubuh menurun. "Jangan semua makanan diberikan yang mengandung AA/DHA, seperti biskuit, susu dan makanan yang serba mengandung AA/DHA, sehingga berlebihan. Karena, bila berlebihan AA/DHA bisa menyebabkan hilangnya daya imunisasi tubuh," tegas Sri Nazar yang menjadi salah seorang pembicara dalam seminar 'Pentingnya AA/DHA pada tumbuh kembang anak' yang diselenggarakan Tabloid Ibu&Anak di Jakarta, Sabtu.
"Selain itu, perhatian orang tua untuk memberi AA/DHA juga tidak akan gunanya, bila orang tua tidak asah asih asuh pada anaknya, tetap saja anak itu tidak akan menjadi pintar. Maka, orang tua tetap harus memperhatikan anak-anak dengan semestinya dan sebaik-baiknya," tegasnya lagi.
Kendati kini banyak dijual susu bayi dengan tambahan formula AA/DHA, namun ditegaskan Sri, air susu ibu (ASI) tetap merupakan makanan pertama, makanan utama dan terbaik bagi bayi segera setelah lahir dan dapat secara tunggal memenuhi kebutuhan bayi hingga usia empat - enam bulan (ASI eksklusif).
Dijelaskannya, makanan tambahan yang diberikan sebelum usia empat bulan dapat mengurangi produksi ASI. "Maka, sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan setelah bayi berusia empat bulan ke atas, dengan tujuan menambah masukan kalori untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang meningkat sesuai bertambahnya usia bayi. Sementara ASI sendiri sudah mengandung AA/DHA yang baik untuk perkembangan otak anak," ujar asisten ahli bagian anak FKUI.
Susu formula sendiri kini ditambah dengan kandungan AA/DHA, dikarenakan susu sapi hanya mengandung lemak hewani yang bersifat jenuh. Pada bayi prematur atau dibawah enam bulan, tentunya lemak hewani ini tidak cukup untuk perkembangan otaknya.
Mengenal AA/DHA sendiri, AA atau asam arakhidonat dan DHA atau asam dokosaheksanoat merupakan asam lemak esensial (ALE) yang dibutuhkan dari luar, karena tubuh tidak membentuknya sendiri. Keduanya penting untuk pembentukan membran sel, terutama sel saraf otak dan sel saraf retina.
Sementara fungsi ALE sendiri bisa dibagi dalam dua kelompok, yakni fungsi struktural seperti barier air di kulit, penghantar rangsangan saraf (nervous system) dan sebagai sinyak transduksi (cell membranes).
Fungsi ke dua adalah fungsi pengatur, yakni ekspresi gen, faktor pertumbuhan, kelembaban membran dan pembentukan eikosanoid. "Pada bayi, pertumbuhan dan perkembangan otak sangat pesat sekali, terutama pada tahun pertama. Pada saat inilah bayi membutuhkan nutrisi optimal, yakni AA/DHA," ujar seorang pembicara lainnya, Dr Dwi Putro Widodo SpA(K), yang juga dokter spesialis anak sub bagian neurologi bagian ilmu kesehatan anak FKUI, RSCM.
Satunet, 11/11/2001
Buah Untuk si Kecil
Buah yang Disarankan:
* Air jeruk sangat baik diberikan karena banyak mengandung vitamin C yang berfungsi memperbaiki lapisan-lapisan dalam pembuluh darah, termasuk lapisan mulut. Juga untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan tubuh, penyembuhan luka, pertumbuhan tulang dan gigi bayi.
* Pisang, sangat baik karena banyak mengandung kalori untuk pertumbuhan, vitamin C, kalium, kalsium. Pisang memiliki kadar tepung tinggi, dibanding buah semangka yang lebih banyak air dibanding tepungnya. Pisang juga mengandung mineral yang tinggi.
* Sari buah tomat dan pepaya. Saat memberikan sari buah tomat pada bayi, kulit ari dan biji tomat harus dipisahkan terlebih dahulu karena keduanya tidak dapat dicerna oleh pencernaan bayi. Tomat dan pepaya sangat baik untuk bayi karena mengandung banyak vitamin A. Vitamin ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh, juga untuk kesehatan matanya.
Buah yang Harus Dihindari:
* Yang banyak mengandung serat, seperti sirsak. Sirsak dan buah lain yang seratnya panjang-panjang susah dicerna oleh bayi.
* Buah yang rasanya terlalu asam, karena dapat menyebabkan bayi sakit perut
* Buah-buahan yang mengandung alkohol, seperti durian dan nangka cempedak.
BUAH UNTUK SI 6-7 BULAN
* Umumnya bayi telah mulai tumbuh gigi, jadi ia sudah bisa diberi buah yang banyak mengandung serat, seperti mangga atau semangka.
* Penyajian buah untuk usia ini pun dapat lebih kental dari sebelumnya, dengan cara dijus, dikerok, atau dilumatkan
* Bayi juga sudah boleh diberi buah yang dipotong kecil-kecil untuk melatih gigi-giginya. Karena umumnya di usia ini bayi mulai belajar mengunyah.
* Buah yang sebaiknya dihindari di usia 6-7 bulan, sama dengan untuk bayi umur 4 bulan.
BUAH UNTUK SI 8-12 BULAN
* Menginjak usia 8 bulan, biasanya gigi-gigiya sudah semakin kuat, sehingga sudah memungkinkan untuk diberikan buah yang dipotong-potong, seperti semangka, mangga, pisang, pepaya yang dipotong kecil-kecil
* Pada usia 11-12 bulan, karena biasanya gigi-giginya sudah kuat dan lengkap, dianjurkan memberi buah yang dapat dimakan utuh, seperti pisang.
FREKUENSI PEMBERIAN BUAH
* Frekuensi pemberian buah sebaiknya disesuaikan dengan pemberian ASI dan makanannya.
* Mula-mula diberikan sekali dalam sehari terlebih dahulu. Misalnya, ibu ingin menggantikan waktu pemberian ASI yang biasanya diberikan pada jam 10 pagi dengan buah. Nah, buatkan jus pepaya atau perasan air jeruk.
* Setelah itu, lihat reaksinya. Kalau anak masih lapar, boleh saja ditambahkan ASI.
TAK DISARANKAN BUAH KALENGAN
Buah dalam kaleng, tak dianjurkan. Sedapat mungkin beri makanan/buah yang segar dan alami. Buah-buahan dalam kaleng biasanya telah diawetkan dan umumnya ditambahi beberapa zat tertentu. Walaupun disebutkan zat itu memenuhi persyaratan, tetapi kalau bisa mendapatkan makanan yang segar, lebih baik kita berikan buah segar. Harganya pun lebih murah dibanding buah kaleng.
Perkembangan Fisik dan Mental 0-5 tahun
(GERAKAN KASAR DAN HALUS, EMOSI, SOSIAL, PERILAKU, BICARA)
- Belajar mengangkat kepala
- Mengikuti obyek dengan matanya
- Melihat muka orang dan tersenyum
- Bereaksi terhadap suara / bunyi
- Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
- Mengoceh spontan
3- 6 Bulan
- Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
- Berusaha meraih benda-benda
- Menaruh benda-benda di mulut
- Tertawa atau menjerit bila diajak bermain
- Berusaha mencari benda-benda yang hilang
6-9 Bulan
- Dapat tengkurap & berbalik sendiri.
- Dapat duduk tanpa dibantu.
- Dapat merangkak.
- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
- Memegang benda kecil dengan ibu jari. dan telunjuk.
- Mengeluarkan ‘kata’ tanpa arti.
- Takut kepada orang lain.
- Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian.
9-12 Bulan
- Berjalan dituntun.
- Berdiri sendiri tanpa dibantu.
- Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau 2 kata.
- Mengerti perintah/larangan sederhana.
- Selalu ingin mengeksplorasi dan memasukkan semua benda ke mulutnya.
- Berpartisipasi dalam permainan.
12-18 Bulan
- Berjalan dan mengeksplorasi rumah dan sekeliling rumah.
- Menyusun 2 atau 3 kotak.
- Mengucapkan 5 – 10 kata.
- Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
18-24 Bulan
- Naik turun tangga.
- Menyusun 6 kotak.
- Menunjuk mata dan hidungnya.
- Menyusun kalimat dengan 2 kata.
- Belajar makan sendiri.
- Belajar mengontrol buang air kecil/besar.
- Menaruh minat apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar.
- Bermain-main dengan anak-anak lain.
2-3 Tahun
- Meloncat, memanjat.
- Membuat jembatan dengan 2 kotak.
- Mampu menyusun kalimat sederhana.
- Menggambar lingkaran.
- Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya.
3-4 Tahun
- Berjalan sendiri mengunjungi tetangga.
- Belajar memakai/membuka pakaian.
- Menggambar orang dengan kepala dan badan.
- Mengenal 2 atau 3 warna.
- Bicara dengan baik, menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya.
- Bertanya bagaimana anak dilahirkan.
- Mengenal sisi atas, bawah, muka dan belakang.
- Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
4-5 Tahun
- Melompat, menari, dan menggambar orang dengan kepala, lengan, badan.
- Menggambar segi empat dan segitiga.
- Dapat menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu.
- Protes bila dilarang apa yang diingininya.
- Mengenal 4 warna, menaruh minat/menirukan aktivitas orang dewasa.
- Memperkirakan bentuk dan besar benda, membedakan besar dan kecil.
Tahapan Perkembangan Sosial Bayi
Karena ia memiliki kesadaran sosial, bayi tertarik pada setiap orang dan segala hal di sekelilingnya. Sebenarnya, kesadaran sosial ini sudah dimiliki sejak ia lahir. Terbukti, bayi-bayi lebih tertarik pada suara manusia dibanding suara lain. Selain itu, ia juga telah siap berkomunikasi, bahkan sejak lahir.
Ia akan menggunakan suaranya, seperti tangisan, untuk memberitahu bila ada hal-hal yang tak menyenangkan seperti lapar, ngompol, dan lainnya.Tangisan merupakan bentuk komunikasi yang efektif tanpa kata-kata.
Berikut tahapan reaksi sosial yang ditujukan bayi pada orang-orang terdekatnya.
* 2 bulan:
senyum pertama Ia akan tersenyum sebagai respon terhadap senyum Anda atau tertawa keras dan memekik karena gembira. Ia juga akan bereaksi terhadap berbagai suara dengan berbagai cara, seperti refleks terkejut, menangis, atau terdiam.
* 3 Bulan:
suka kebersamaan Pada usia ini, bayi akan selalu mengawasi ibunya. Misalnya ketika ibu masuk ke ruangannya atau berbicara dengannya. Bayi amat menikmati perhatian orang lain dan menunjukkan kegembiraannya dengan senyum, tendangan kakinya yang bersemangat, serta lambaian tangannya. Dia akan menangis jika ditinggal sendiri terlalu lama. Pada usia ini, si kecil tak menunjukkan ia lebih menyukai orang tertentu dibanding yang lainnya.
* 4-5 bulan:
minta gendong Ia sudah bisa tertawa keras dan menjerit gembira. Menoleh ke arah suara ibu atau pengasuhnya. Juga menoleh ke arah suara-suara lainnya. Ia juga ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya. Namun ia akan memberikan reaksi yang berbeda pada wajah-wajah yang tersenyum atau suara-suara yang ramah dan suara-suara yang menunjukkan amarah.
* 6-7 Bulan:
malu pada orang asing Dia tersenyum, bahkan tertawa, ketika bermain dengan orang dewasa yang sudah akrab dengannya. Namun sebaliknya, bila Anda baru pertama kali dikenalnya tapi langsung ingin menggendongnya, dia akan langsung bersikap "menjaga jarak" atau malah ketakutan. Kadang ia menunjukkan rasa malu seperti mencoba menyembunyikan wajahnya ketika berada dekat orang asing. Konon inilah masa dimulainya keterikatan yang kuat antara bayi dengan ibu atau pengasuhnya.
* 8-9 Bulan:
berteman dengan bayi lain Si kecil mulai mengagumi anak lain seusianya dan akan mencoba untuk menyentuh bayi lain yang duduk di sebelahnya. Permainan seperti berkumpul bersama atau bermain di taman akan menyenangkannya. Ia dapat memberi respon dengan lambaian tangan atau bertepuk tangan, memberi perintah dengan gerakan tubuhnya semisal, "Berikan itu!" dengan cara mengulurkan tangannya. Ia juga mencoba meniru kata-kata, isyarat, dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain.
* 12 Bulan:
ekspresi perasaan Ia akan melambaikan tangan mengatakan selamat tinggal dan barangkali mengatakan "da-da" ketika ibunya pergi dan senang jika diberi atau menerima ciuman. Di tahun pertama ini, dia juga lebih mampu mengekspresikan perasaannya. Kalau kita melarang dengan berkata "Tidak!" atau "Jangan!", bayi akan marah. Atau tertawa ketika ia merasa senang dan bahagia.
4-5 bulan:
Ibu Dini, sebut saja begitu, amat bingung menghadapi bayinya yang baru berusia hitungan hari tapi dari buah dada bayi laki-lakinya keluar cairan putih mirip ASI.Masalah seperti itu, jelas Dr. Jose Rizal Batubara, Sp.A (K), memang kerap terjadi dan sebetulnya gejala normal, bukan akibat penyakit atau virus tertentu. 'Siapa pun bisa mengalaminya," jelas spesialis anak dari Subbagian Endokrinologi FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. "Toh, gejala itu akan hilang dengan sendirinya setelah kira-kira 2 bulan atau malah lebih cepat."
Jika gejala ini muncul di bulan-bulan awal, penyebabnya adalah pengaruh hormon estrogen ibunya, baik saat hamil maupun ketika menyusui. Gejala yang dalam istilah kedokteran dinamai ginekomastia ini, pada bayi perempuan biasanya ditandai dengan adanya bercak-bercak darah pada vaginanya. Mirip menstruasi. Ada pula yang ditandai dengan keluarnya cairan bening seperti keputihan yang akan hilang lebih cepat lagi, antara 2-3 minggu.
Bila gejala-gejala tersebut tetap menetap dalam waktu 4 bulan atau lebih, "Segera konsultasikan dengan dokter terkait untuk mengetahui penyebab pastinya. Apakah disebabkan kadar hormon ibunya, kelainan pada si anak, atau malah penyakit berbahaya yang mesti secepatnya diobati."
Ironisnya, lantaran ketidaktahuan, si orang tua justru memencet-mencet payudara. Mereka beranggapan, harus mengeluarkan susu yang tersimpan di payudara bayi sampai habis sehingga payudara mengempis. Padahal, tegas Jose, selain tidak efektif, memencet-mencet payudara bayi jelas akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. "Payudara anak bisa tambah bengkak sementara anak pun trauma dibuatnya." Terlebih jika tangan ibu kotor, sehingga memperbesar peluang terjadinya infeksi pada kulit maupun payudaranya.
Menurut dr. Bambang Tridjaja, Sp.A dari bagian yang sama, jika gejalanya menetap lebih dari empat bulan, beberapa kemungkinan berikut mesti diwaspadai.
1. Pengaruh Luar
Pengaruh ini bisa disebabkan karena bayi masih menyusui. Jadi, apa yang dikonsumsi ibu akan berdampak secara tidak langsung terhadap bayi. Nah, jika si ibu rajinmengonsumsi jamu-jamuan atau obat-obatan yang mengandung hormon, dapat dipastikan kandungan hormon tersebut akan "ditransfer" ke bayi, hingga menimbulkan gejala-gejala ginekomastia.
Bisa saja ketika lahir, bayi tidak menampakkan gejala-gejala tersebut dan baru muncul setelah disusui ibunya. Nah, bila ini yang terjadi, amat disarankan agar ibu menghentikan dulu konsumsi jejamuan dan obat-obatan tersebut. Sama halnya bila ramu-ramuan tradisional tertentu yang banyak mengandung hormon diberikan pada si bayi.
2. Tumor
Penyakit ini harus diwaspadai karena bisa menyebabkan dampak cukup fatal. Soalnya, tumor yang umumnya menyerang alat-alat reproduksi seperti ovarium dan indung telur atau testis pada pria, bisa mengakibatkan produk hormon dalam tubuh anak sedemikian berlebih dan menyebabkan ginekomastia. Berat-ringannya, tentu saja tergantung pada ganas-tidaknya tumor tersebut. Pengobatannya lewat jalan operasi agar produksi hormon si bayi bisa normal kembali.
3. Sindrom Klenefelter
Sindrom ini bisa diketahui ciri-cirinya secara kasat mata setelah si Buyung beranjak dewasa. Di antaranya, bertubuh tinggi dan kurus namun payudaranya membesar. Sindrom harus segera diobati dengan obat-obatan tertentu. Jika tidak, sindrom ini dapat menyebabkan keganasan pada payudara dan dapat berakibat fatal.
4. Gangguan Kelenjar Gonad
Gangguan pada kelenjar telur atau testis juga bisa jadi salah satu penyebabnya. Meski merupakan kelainan bawaan, penderita bisa diobati dengan obat-obatan tertentu untuk menghilangkan penyakit maupun gejala ginekomastianya.
5. Obat-obatan tertentu
Jangan salah, mariyuana dan morfin ternyata bisa menyebabkan gejala ginekomastia, meski biasanya terjadi pada orang dewasa.
6. Hipertiroid
Merupakan gangguan kelenjar hormon yang bisa memunculkan gejala ginekomastia, di samping menyebabkan penyakit gondok. Jika anak terkena penyakit ini, harus lekas diobati. Soalnya, metabolisme tubuh akan terganggu. Akibatnya, tubuh dipaksa kerja ekstra keras yang membuat yang bersangkutan jadi gampang capek lalu akhirnya gampang sakit. "Ibarat mobil bermesin butut yang dipaksa berjalan ratusan kilometer, mobil bisa mogok dan rusak berat," ujar Bambang memberi perumpamaan
sumber: Tabloid Nakita
Mengajak bayi Bicara
Jangan takut dianggap tak waras kala Anda mengajak si mungil berbicara. Bayi memang belum bisa berkata-kata, tapi tak berarti ia tak mampu untuk diajak berbicara.
Para ahli menganjurkan orangtua agar mulai mengajak berbicara anak sejak ia lahir dan jangan pernah berhenti. Biasakan untuk selalu mengomentari apa saja yang Anda lakukan terhadap si bayi. Misalnya, saat mengganti popok, memandikan, menyusui, dan sebagainya. Katakan padanya setiap saat tentang apa saja yang Anda lihat di sekeliling Anda, maupun apa yang sedang Anda lakukan untuk diri sendiri seperti membaca atau bahkan memasak.
Pokoknya, ngomonglah apa saja kepada si bayi. Tataplah matanya dan Anda pun akan takjub melihat betapa ia sangat menaruh perhatian selama Anda berbicara. Seringkali ia bereaksi terhadap apa yang Anda katakan, seperti menjerit kesenangan atau cemberut kala ada yang tak disukainya. Tak percaya? Silakan Anda buktikan.
PENDENGARAN TAJAM
Belajar berbicara, seperti dikatakan Dr. Adi Tagor, Sp.A., DPH dari RS Pondok Indah Jakarta, merupakan kunci penting untuk mengarahkan si bayi pada kemampuannya berbahasa yang timbul setelah usia setahun sampai tiga tahun. "Tujuannya mendorong perkembangan komunikasi verbal atau linguistic capability anak," jelasnya.
Pada tahap awal, bayi memulai "pelajaran" berbicara dengan mendengarkan. Karena itu, Adi Tagor menasehati, "Biarkan bayi mendengarkan apa saja yang Anda katakan. Inilah langkah awal untuk memberinya pemahaman. Bila bayi banyak mendengar, ia akan cepat belajar bicara." Kemampuan mendengar suara pada bayi, sudah ada sejak ia masih di kandungan, pada sekitar usia 3-4 bulan kehamilan. "Ada faktor intrinsik yang mengenal irama, kekerasan suara, frekuensi, dan nada-nada suara. Karena itu, bayi bisa menerima sinyal-sinyal meskipun belum mengerti," terangnya.
Setelah lahir, pendengaran bayi menjadi sangat peka. Suara menjadi jelas terdengar karena tak terhalang air ketuban maupun dinding perut ibu. Nah, lewat sinyal-sinyal verbal yang dilemparkan (sinyal audio), bayi akan memberi reaksi. "Pada bayi lahir sampai usia 3-6 bulan, ada yang dinamakan refleks Moro. Jika mendengar suara keras, bayi akan bereaksi kaget dengan tangan ke atas. Bila ia tak bereaksi, mesti dicurigai si bayi tuli. Normalnya, reaksi ini menghilang di atas usia 6 bulan," tutur Adi Tagor.
Ia pun bukan cuma mampu mendengar dengan jelas setelah lahir, tetapi juga bisa melihat. Kedua indera ini (audio-visual) sangat penting baginya untuk mengembangkan intelektualitasnya. Pada bayi baru lahir, karena matanya belum jelas melihat, maka beri jarak 30 centimeter agar ia bisa melihat ekspresi Anda kala Anda berbicara dengannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, belajar berbicara sangat penting dalam rangka pengenalan lingkungannya. Sebab itulah saat mengajaknya bicara, berikan pula banyak rangsangan pada semua panca indera bayi. Sambil bicara, misalnya, pegang atau elus tangannya (indera raba-sentuh). Dengan memfungsikan seluruh panca inderanya, bayi akan mengenal keinginannya dan kemudian dapat mengungkapkannya setelah ia mampu berbicara.
MENIRU
Satu hal penting yang harus diketahui para orangtua, kata Adi Tagor, bayi sangat suka menirukan suara. Dengan mengajaknya banyak bicara, ia akan makin banyak mengenal kata, terutama warna (timbre), nada, dan lagu/intonasi verbal. Semua ini akan sangat membantu perkembangan berbicaranya.
Di sisi lain, bayi juga senang bila Anda menirukan apa yang ia katakan. Kala ia bersuara, "Uuu," misalnya, tirukan dan ulangi kepadanya. Begitu pun jika ia bersuara, "Aaa." Permainan menirukan ini akan menjadi dasar bagi bayi untuk menirukan bahasa Anda kelak.
Lantaran itu, lulusan FKUI tahun 1963 ini menganjurkan, Anda hendaknya berbicara dengan menggunakan bahasa yang benar, tidak cadel. "Jika bayi menerima sinyal audionya enggak baik atau tak jelas, maka proses keluaran (output) pun akan jelek. Seperti memfotokopi sesuatu dokumen yang jelek," paparnya.
Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang benar dan jelas ucapannya, di kemudian hari Anda tak perlu repot-repot melakukan "pembetulan" kata-kata yang digunakan si kecil. Sebaliknya, si kecil pun tak akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya.
PERKEMBANGAN BICARA
Sejak usia 2 bulan, terang Adi Tagor, bayi sudah bisa menirukan tinggi rendah dan lagu atau intonasi suara kita. Ia pun dapat membedakan suara satu dengan lainnya, memberi respon dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia 6 bulan, tampak pada bayi yang dinamakan cannonic babbling, yakni lontaran-lontaran suara atau ocehan.
Di usia 8 bulan, ia sudah mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat berguna untuk membantu perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa berteriak untuk mencari perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan tertarik saat ada orang berbicara meski tak langsung tertuju pada dirinya.
Di usia 9 bulan, normalnya si bayi sudah bisa bicara dalam arti word (kata) seperti "mama", "mimi", "pus", yaitu nama yang merujuk kepada sesuatu maksud atau benda tertentu. Setelah umur setahun lebih, ia memiliki paling banyak 10-20 kata. "Lebih banyak dari itu berarti lebih bagus brain development-nya," ujar Adi Tagor.
Bila konsentrasinya mulai ditujukan pada "pelajaran" berjalan, maka untuk sementara kemajuan berbicaranya menurun. Kendati demikian, tutur Adi Tagor, "Perkembangan bahasa setiap bayi tak selalu sama. Ini tergantung berbagai aspek, yaitu aspek genetik perkembangan fisik yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dan kemampuan intelektualitas, serta rangsangan dari lingkungan." Karena itu, lulusan Public Health National University of Singapore ini menekankan pentingnya peran ayah, ibu, dan orang lain di sekeliling si bayi untuk selalu mengajaknya bicara.
RANGSANGAN DINI
Tapi bagaimana jika si bayi tak juga menunjukkan respon untuk berbicara kala Anda mengajaknya ngobrol? Menurut Adi Tagor, ada beberapa sebab. Boleh jadi karena pendengarannya mengalami gangguan atau malah sama sekali tak bisa mendengar alias tuli. Bisa pula karena perkembangan otaknya (brain development) yang terganggu, sehingga perbendaharaan kosa katanya sangat minim.
Kemungkinan lain, ia menderita autisma, yakni ketidakmampuan berkomunikasi dengan lingkungan, asyik dengan dirinya sendiri, dan tertutup terhadap lingkungan.
Tapi Anda jangan panik dulu! Sejauh anak menirukan atau tak berhasil menirukan ucapan Anda, kemungkinan besar ia tak mengalami gangguan apapun. Yang penting, ia tetap menunjukkan kemampuannya berkomunikasi dengan lingkungan. Misalnya dengan menggunakan bahasa isyarat (body language), menunjuk sesuatu yang diinginkan atau mendorong sesuatu untuk menjauhkan dari yang tak disukainya.
Anda harus mendukung "bahasa khusus" tersebut bahwa kita mengerti apa yang dimaksud si bayi. Tentu saja tanpa melupakan tujuan akhirnya, yaitu percakapan yang sebenarnya. Jadi, manakala si bayi menunjuk pada botol susu, misalnya, jangan langsung membuatkannya susu dan kemudian memberikannya. Lebih baik tanyakan dulu, "Adi mau susu?" Tunggulah responnya. Jika ia mengerti pertanyaan Anda, ia mungkin akan mengangguk atau kembali menunjuk botol susu sambil mengeluarkan suara yang berarti, "Ya, Adi mau susu."
Beberapa anak pada tahap ini hanya sulit untuk membentuk kata-kata. Hal ini biasanya akan terus berlanjut sampai masa prasekolah. Kadang sampai masa Taman Kanak-kanak atau kelas satu Sekolah Dasar, bila Anda tak segera mengatasinya. Nah, untuk mencegah keterlambatan berbicara, lakukan rangsangan dini (early stimulation), yakni membawa si bayi berkonsultasi ke klinik tumbuh kembang.
Pilihan lain, masukkan ia ke "sekolah". "Bayi usia 6 bulan sudah bisa dimasukkan ke play group dini untuk peer education," ujar Adi Tagor. Anak ditarik pada sebayanya (peer stimulation), sehingga belajarnya akan lebih mudah, karena ada rasa perlu bersaing dan ingin sama dengan teman sebaya.
Dedeh Kurniasih. Foto : Rohedi (nakita)
* Jangan Gunakan Kata Ganti
Bayi kecil masih sulit memahami "aku", "saya", "kamu", atau "dia". Itu bisa berarti ayah, ibu, atau nenek, atau bahkan dirinya sendiri, tergantung dari siapa yang mengajaknya berbicara.
Jadi, sebut diri Anda sebagai "Ibu", "Mama", atau "Bunda", tergantung sebutan yang Anda pakai untuk membahasakan diri Anda kepada si bayi. Begitupun sebutan "Ayah", "Kakek", "Nenek", dan lainnya. Anda dan orang lain pun harus menyebut atau memanggil si bayi dengan namanya.
* Ajukan Banyak Pertanyaan
Penelitian menunjukkan, anak yang orangtuanya banyak berbicara "dengan" mereka dan bukan "kepada" mereka, akan belajar bicara lebih dini. Jadi, beri kesempatan si bayi untuk mengeluarkan suara, apapun jenis suaranya. Salah satunya dengan mengajukan pertanyaan.
Pertanyaannya bisa macam-macam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Diamkan sebentar setelah Anda mengajukan satu pertanyaan. Tunggu bagaimana reaksinya yang ditunjukkan dengan mengeluarkan berbagai suara. Kala ia merespon, balas kembali. Jikapun ia tak memberi respon, Anda tak usah kecewa. Ajukan saja pertanyaan yang lain.
* Gunakan Bahasa/Kata Sederhana
Anda boleh menggunakan bahasa bayi seperti "pus" untuk kucing atau "guk guk" untuk anjing, dan lainnya. Yang penting, nantinya Anda menggunakan kata yang sebenarnya. Bahasa bayi, menurut Adi Tagor, tetap bahasa. Hanya artikulasinya lebih sederhana. "Word atau kata bayi tak harus sempurna. Asal ia bisa mengidentifikasikan pada satu benda," terangnya.
Jadi, jangan paksa si bayi mengucapkan kata yang sulit. Kata "mama" dan "papa", misalnya, lebih mudah bagi bayi ketimbang "ibu" dan "ayah". Baik dari segi linguistik maupun fungsi susunannya.
Berbicaralah lebih lambat dan jelas dengan lagu/intonasi yang menyenangkan. Sehingga, si bayi mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata itu dan memahaminya. "Karena semua panca indera baru mengenal, kita beri dosis pelan-pelan. Bicaralah lembut dan jangan bertengkar di depan bayi. Paling cepat usia 2 minggu bayi sudah punya keinginan berkomunikasi. Reaksinya ketawa, dia menangkap dan mencoba meniru, lalu mengoceh. Malah usia sebulan ia sudah bisa mengoceh," papar Adi Tagor.
* Beri Rasa Tenang
Bayi memiliki bahasa suara instinctual. Artinya, secara naluri ia bisa tahu suara-suara kasih sayang atau bukan. Umumnya ini berhubungan dengan keras-lembutnya suara. Karena itu, jangan bicara pada bayi dengan mengolok atau mengejek, marah, dan kasar. Tapi berilah pujian dengan tulus.
"Kemampuan instinctual sudah ada pada usia 1,5 - 2 bulan. Lewat kedekatan, misalnya dalam gendongan ibu dan lewat suara-suara," terang Adi Tagor. Perasaan ketenangan yang diperoleh saat ini memberi sumbangan pada kemahiran berbahasa atau kemampuan berbahasa yang tumbuh pesat setelah usia setahun.
* Gunakan Musik Atau Menyanyi
Jangan khawatir bila suara Anda sumbang. Bayi tak akan peduli. Ia akan senang dengan apa pun yang Anda nyanyikan atau musik yang Anda perdengarkan. Umumnya lagu anak-anak bisa diterima oleh bayi. Sambil menyanyi, sertai pula dengan gerakan-gerakan tangan sehingga lebih memberinya makna.
Sering-seringlah mengulangi lagu atau pantun anak setiap hari kendati Anda sudah bosan. Selain si bayi memang suka pengulangan, juga akan membantu proses belajarnya. Ia akan terangsang untuk menirukan meski artinya belum ia mengerti. Pengulangan juga akan membantu bayi mengenali suara-suara khusus. "Mengenal orang lewat timbre atau warna suara, artikulasi, lagu-lagu, intonasi, juga bisa membuat si bayi meniru intonasi bahasa itu," kata Adi Tagor.
* Pusatkan Pada Kata-kata Tunggal
Setelah si bayi makin besar, mulailah memberi tekanan pada kata-kata tunggal. Misal, "Sekarang Mama akan mengganti popok Adit," sambil Anda mengangkat dan menunjukkan popok kepadanya, "Popok, ini popok Adit." Atau saat Anda berkata, "Sekarang Mama mau membuat jus melon untuk Adit," lalu angkat melon itu dan tunjukkan, "Melon. Ini buah melon."
Tetaplah berbicara dengan bahasa sederhana, jelas, dan lambat. Beri tekanan pada kata-kata yang sering dipakai dalam hidup bayi sehari-hari. Selalu berhenti sebentar sebelum Anda mengatakan kata selanjutnya, agar bayi punya banyak waktu untuk mengendapkan kata-kata Anda.
* Gunakan Buku & Mainan
Bayi usia di atas 3 bulan sudah bisa diajak "membaca". Gunakan buku cerita bergambar, ia pasti akan tertarik. Tunjukkan gambar-gambar itu sambil dijelaskan. Lalu tanyakan, "Mana bola?", misalnya. Kelak ia akan mampu menunjukkan gambarnya.
Bisa pula dengan menggunakan mainan. Kebanyakan bayi sejak umur 6 bulan suka melihat wajahnya di depan cermin, lalu ia akan mengeluarkan suara-suara dari mulutnya. Beri ia mainan cermin kecil yang pinggirannya terbuat dari plastik. Tapi hati-hati, jangan biarkan ia bermain cermin sendirian. Jika usianya sudah mencapai 12 bulan, Anda dapat memberinya telepon-teleponan atau boneka yang bisa bicara. Ini akan mendorongnya untuk bercakap-cakap.
* Kalimat Perintah
Penting bagi bayi untuk belajar mengikuti perintah sederhana. Misalnya, "Cium Mama," atau "Lambaikan tangan," atau "Tolong berikan boneka itu pada Mama," dan sebagainya. Tentu ia tak akan segera melakukan perintah Anda. Dengan pengulangan sambil memberi contoh, lama-lama ia akan melakukannya. Tapi kalau ia sudah "mahir", sebaiknya Anda jangan tergoda untuk memperlakukan ia bak "ikan lumba-lumba" yang sudah dilatih dan meminta ia untuk melakukan "pertunjukan" mutakhirnya setiap kali ada pengunjung.
Dedeh