Saturday, September 24, 2005

Kebersihan Berlebihan Lemahkan Kekebalan Tubuh

sumber : www.sinarharapan.co.id

Kebersihan Berlebihan Lemahkan Kekebalan Tubuh
Dilarang Memandikan Bayi Terlalu Sering


London, Sinar Harapan
Para ibu pemilik bayi yang terlalu mencintai kebersihan agaknya perlu behati-hati. Penelitian terbaru menyatakan bayi yang dimandikan setiap hari justru berisiko tinggi mengidap penyakit asma.
Temuan ilmuwan Inggris ini mendukung teori yang mengatakan bahwa pengembangan sistem kekebalan tubuh bisa terpicu oleh seringnya kita melakukan kontak dengan kotoran dan debu. Namun penemuan ini dikhawatirkan oleh sejumlah dokter. Mereka takut masyarakat salah persepsi sehingga berakibat bayi-bayi menderita infeksi karena jarang dimandikan, demikian seperti dilansir BBC News pekan ini.
Pada kenyataannya, asal muasal penyakit alergi sendiri masih sulit dimengerti oleh banyak ilmuwan. Faktor genetika kerap disalahkan pada banyak kasus asma dan eksim, tapi faktor lingkungan juga tidak kalah berperan.
Penelitian lain mengemukakan asma setidaknya bisa terjadi apabila sejak usia dini seorang anak sering digabungkan dengan anak lain di tempat penitipan anak. Risiko lain dialami oleh anak yang tumbuh dalam sebuah keluarga yang memelihara binatang, baik itu peliharaan maupun ternak.
Adalah para ilmuwan dari University of Bristol Department of Child Health yang menyatakan bahwa makin sering bayi dimandikan, makin tinggi pula risikonya terkena asma. Pendapat tersebut tidak terlontar begitu saja, melainkan merupakan hasil sebuah studi riset.
Mereka menyebarkan kuesioner ke ribuan orang tua di pelosok Inggris. Pertanyaan tersebut berkisar seputar kebiasaan memandikan anak usia di bawah 15 bulan, berapa sering mereka mencuci tangannya sebelum makan dan seberapa sering bayi itu dimandikan.
Hasilnya, para orang tua dengan tingkat higienis tinggi ternyata anaknya memiliki "bakat" menderita eksim pada kulit. Efek ini tidak juga sepenuhnya berhubungan dengan alat pembersih rumah tangga.
Para peneliti tersebut memperingatkan, kendati demikian bukan berarti bahwa kepedulian pada higienis kesehatan masyarakat bisa dianggap remeh begitu saja. Namun di sisi lain, peneliti tersebut juga menyatakan, usaha menciptakan lingkungan yang steril melalui pembersihan secara berlebihan berpotensi merusak sistem kekebalan tubuh atau imunitas. Alergi kerap tumbuh pada usia kanak-kanak, sementara kekebalan tubuh justru dibangun sejak usia bayi.
Pada anak-anak yang belum mengalami penyakit akibat alergi tubuh di usia dini maka suatu saat nanti akan mengalami kehilangan imunitas yang membuat mereka menjadi over sensitif.
Namun profesor John Foreman dari The Centre for Allergy Research at University College, London berbeda berpendapat. Menurutnya, kontribusi tingkat kebersihan dengan penyakit asma sangat kecil.
"Jika kita memberitahu para orang tua bahwa anak-anak mereka tidak akan menderita kanker walau berperilaku hidup jorok, maka mereka akan bersikeras bahwa anak-anak itu akan tetap menderita asma," komentar Foreman. Lebih jauh Foreman menekankan bahwa bisa saja kebersihan menjadi salah satu faktor, tetapi efeknya sangat kecil.

Studi Lanjutan
Kecurigaan bahwa sistem kekebalan tubuh berhubungan erat dengan keadaan higienis suatu tempat sudah pernah muncul beberapa waktu silam. Peneliti asal Italia, Dr. Paolo Matricardi sempat mempublikasikan tenemuannya di Brisith Medical Journal dua tahun lalu.
Dalam jurnal tersebut, Matricardi menulis bahwa kasus asma di sebagian besar negara berkembang diakibatkan oleh standar higienis makanan dan kebisaan hidup sehari-hari. Bukan hanya itu, ia juga percaya bahwa terkena infeksi pada usia awal anak-anak justru membantu mereka mengembangkan imunitas terhadap reaksi alergi seperti asma. Ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang secara otomatis bisa bertahan terhadap serangan dari luar. Tanpa pernah mengalami "serangan" maka sistem imunitas akan menjadi lemah dan rentan.
Matricardi bersama rekan penelitinya di Roma, Italia telah melakukan investigasi mengenai imbas dua jenis virus penyerang imunitas tubuh. Ia menggolongkannya menjadi dua kategori. Pertama adalah virus yang terbawa oleh makanan yang telah terkontaminasi dan ditularkan secara oral seperti virus hepatitis A dan pilori H. Kategori kedua adalah mikroba penyebab cacar dan cacar air.
Penelitian ini dipusatkan pada para kadet angkatan udara Italia berusia 17-24 tahun. Setengah dari mereka pernah mengidap reaksi alergi, setengah lagi tidak. Dari sini ditemukan bahwa mereka yang pernah tertular mikroba secara oral lebih kecil kemungkinan menderita penyakit alergi pernapasan. Namun sejauh ini kuman penyakit seperti pilori H dan hepatitis A tidak berpengaruh pada pencegahan alergi. Meski demikian, Matricardi memperingatkan perlu studi lanjutan untuk memastikan penemuan mereka.
Amanda Broath, manajer pers dan humas National Asthma Campaign (NAC) berkomentar, riset Matricardi ini bisa dicocokkan dengan kecurigaan mereka bahwa faktor gaya hidup memiliki kontribusi dalam pengembangan asma serta penyakit alergi lain.
Sementara Profesor Dennis Shale, ahli penyakit pernapasan dari University of Wales College of Medicine mengatakan riset ini mengukuhkan studi terdahulu yang memperlihatkan bahwa penularan kuman di usia dini sangat penting dalam membangun sistem imunitas tubuh.
Sederetan hasil penelitian ini agaknya bisa menjawab pertanyaan mengapa banyak anak-anak jalanan kebal terhadap sejumlah penyakit alergi.
(mer)

No comments: