Karena ia memiliki kesadaran sosial, bayi tertarik pada setiap orang dan segala hal di sekelilingnya. Sebenarnya, kesadaran sosial ini sudah dimiliki sejak ia lahir. Terbukti, bayi-bayi lebih tertarik pada suara manusia dibanding suara lain. Selain itu, ia juga telah siap berkomunikasi, bahkan sejak lahir.
Ia akan menggunakan suaranya, seperti tangisan, untuk memberitahu bila ada hal-hal yang tak menyenangkan seperti lapar, ngompol, dan lainnya.Tangisan merupakan bentuk komunikasi yang efektif tanpa kata-kata.
Berikut tahapan reaksi sosial yang ditujukan bayi pada orang-orang terdekatnya.
* 2 bulan:
senyum pertama Ia akan tersenyum sebagai respon terhadap senyum Anda atau tertawa keras dan memekik karena gembira. Ia juga akan bereaksi terhadap berbagai suara dengan berbagai cara, seperti refleks terkejut, menangis, atau terdiam.
* 3 Bulan:
suka kebersamaan Pada usia ini, bayi akan selalu mengawasi ibunya. Misalnya ketika ibu masuk ke ruangannya atau berbicara dengannya. Bayi amat menikmati perhatian orang lain dan menunjukkan kegembiraannya dengan senyum, tendangan kakinya yang bersemangat, serta lambaian tangannya. Dia akan menangis jika ditinggal sendiri terlalu lama. Pada usia ini, si kecil tak menunjukkan ia lebih menyukai orang tertentu dibanding yang lainnya.
* 4-5 bulan:
minta gendong Ia sudah bisa tertawa keras dan menjerit gembira. Menoleh ke arah suara ibu atau pengasuhnya. Juga menoleh ke arah suara-suara lainnya. Ia juga ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya. Namun ia akan memberikan reaksi yang berbeda pada wajah-wajah yang tersenyum atau suara-suara yang ramah dan suara-suara yang menunjukkan amarah.
* 6-7 Bulan:
malu pada orang asing Dia tersenyum, bahkan tertawa, ketika bermain dengan orang dewasa yang sudah akrab dengannya. Namun sebaliknya, bila Anda baru pertama kali dikenalnya tapi langsung ingin menggendongnya, dia akan langsung bersikap "menjaga jarak" atau malah ketakutan. Kadang ia menunjukkan rasa malu seperti mencoba menyembunyikan wajahnya ketika berada dekat orang asing. Konon inilah masa dimulainya keterikatan yang kuat antara bayi dengan ibu atau pengasuhnya.
* 8-9 Bulan:
berteman dengan bayi lain Si kecil mulai mengagumi anak lain seusianya dan akan mencoba untuk menyentuh bayi lain yang duduk di sebelahnya. Permainan seperti berkumpul bersama atau bermain di taman akan menyenangkannya. Ia dapat memberi respon dengan lambaian tangan atau bertepuk tangan, memberi perintah dengan gerakan tubuhnya semisal, "Berikan itu!" dengan cara mengulurkan tangannya. Ia juga mencoba meniru kata-kata, isyarat, dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain.
* 12 Bulan:
ekspresi perasaan Ia akan melambaikan tangan mengatakan selamat tinggal dan barangkali mengatakan "da-da" ketika ibunya pergi dan senang jika diberi atau menerima ciuman. Di tahun pertama ini, dia juga lebih mampu mengekspresikan perasaannya. Kalau kita melarang dengan berkata "Tidak!" atau "Jangan!", bayi akan marah. Atau tertawa ketika ia merasa senang dan bahagia.
4-5 bulan:
Ibu Dini, sebut saja begitu, amat bingung menghadapi bayinya yang baru berusia hitungan hari tapi dari buah dada bayi laki-lakinya keluar cairan putih mirip ASI.Masalah seperti itu, jelas Dr. Jose Rizal Batubara, Sp.A (K), memang kerap terjadi dan sebetulnya gejala normal, bukan akibat penyakit atau virus tertentu. 'Siapa pun bisa mengalaminya," jelas spesialis anak dari Subbagian Endokrinologi FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. "Toh, gejala itu akan hilang dengan sendirinya setelah kira-kira 2 bulan atau malah lebih cepat."
Jika gejala ini muncul di bulan-bulan awal, penyebabnya adalah pengaruh hormon estrogen ibunya, baik saat hamil maupun ketika menyusui. Gejala yang dalam istilah kedokteran dinamai ginekomastia ini, pada bayi perempuan biasanya ditandai dengan adanya bercak-bercak darah pada vaginanya. Mirip menstruasi. Ada pula yang ditandai dengan keluarnya cairan bening seperti keputihan yang akan hilang lebih cepat lagi, antara 2-3 minggu.
Bila gejala-gejala tersebut tetap menetap dalam waktu 4 bulan atau lebih, "Segera konsultasikan dengan dokter terkait untuk mengetahui penyebab pastinya. Apakah disebabkan kadar hormon ibunya, kelainan pada si anak, atau malah penyakit berbahaya yang mesti secepatnya diobati."
Ironisnya, lantaran ketidaktahuan, si orang tua justru memencet-mencet payudara. Mereka beranggapan, harus mengeluarkan susu yang tersimpan di payudara bayi sampai habis sehingga payudara mengempis. Padahal, tegas Jose, selain tidak efektif, memencet-mencet payudara bayi jelas akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. "Payudara anak bisa tambah bengkak sementara anak pun trauma dibuatnya." Terlebih jika tangan ibu kotor, sehingga memperbesar peluang terjadinya infeksi pada kulit maupun payudaranya.
Menurut dr. Bambang Tridjaja, Sp.A dari bagian yang sama, jika gejalanya menetap lebih dari empat bulan, beberapa kemungkinan berikut mesti diwaspadai.
1. Pengaruh Luar
Pengaruh ini bisa disebabkan karena bayi masih menyusui. Jadi, apa yang dikonsumsi ibu akan berdampak secara tidak langsung terhadap bayi. Nah, jika si ibu rajinmengonsumsi jamu-jamuan atau obat-obatan yang mengandung hormon, dapat dipastikan kandungan hormon tersebut akan "ditransfer" ke bayi, hingga menimbulkan gejala-gejala ginekomastia.
Bisa saja ketika lahir, bayi tidak menampakkan gejala-gejala tersebut dan baru muncul setelah disusui ibunya. Nah, bila ini yang terjadi, amat disarankan agar ibu menghentikan dulu konsumsi jejamuan dan obat-obatan tersebut. Sama halnya bila ramu-ramuan tradisional tertentu yang banyak mengandung hormon diberikan pada si bayi.
2. Tumor
Penyakit ini harus diwaspadai karena bisa menyebabkan dampak cukup fatal. Soalnya, tumor yang umumnya menyerang alat-alat reproduksi seperti ovarium dan indung telur atau testis pada pria, bisa mengakibatkan produk hormon dalam tubuh anak sedemikian berlebih dan menyebabkan ginekomastia. Berat-ringannya, tentu saja tergantung pada ganas-tidaknya tumor tersebut. Pengobatannya lewat jalan operasi agar produksi hormon si bayi bisa normal kembali.
3. Sindrom Klenefelter
Sindrom ini bisa diketahui ciri-cirinya secara kasat mata setelah si Buyung beranjak dewasa. Di antaranya, bertubuh tinggi dan kurus namun payudaranya membesar. Sindrom harus segera diobati dengan obat-obatan tertentu. Jika tidak, sindrom ini dapat menyebabkan keganasan pada payudara dan dapat berakibat fatal.
4. Gangguan Kelenjar Gonad
Gangguan pada kelenjar telur atau testis juga bisa jadi salah satu penyebabnya. Meski merupakan kelainan bawaan, penderita bisa diobati dengan obat-obatan tertentu untuk menghilangkan penyakit maupun gejala ginekomastianya.
5. Obat-obatan tertentu
Jangan salah, mariyuana dan morfin ternyata bisa menyebabkan gejala ginekomastia, meski biasanya terjadi pada orang dewasa.
6. Hipertiroid
Merupakan gangguan kelenjar hormon yang bisa memunculkan gejala ginekomastia, di samping menyebabkan penyakit gondok. Jika anak terkena penyakit ini, harus lekas diobati. Soalnya, metabolisme tubuh akan terganggu. Akibatnya, tubuh dipaksa kerja ekstra keras yang membuat yang bersangkutan jadi gampang capek lalu akhirnya gampang sakit. "Ibarat mobil bermesin butut yang dipaksa berjalan ratusan kilometer, mobil bisa mogok dan rusak berat," ujar Bambang memberi perumpamaan
sumber: Tabloid Nakita
No comments:
Post a Comment