Wednesday, May 21, 2003

Memahami Bahasa Planet si Kecil

Coba, deh, simak pembicaraan dua anak batita awal yang sedang bermanin bersama.
"buh buh buh..." ucap si rambut ikal sambil menunjuk-nunjuk mainan barunya.
"ma ma ta pa ta..."
timpal temannya sambil tersenyum riang.

Begitulah memang bahasa yang digunakan anak batita. Tentu saja tidak ada pakem atau aturan mainnya.
Masing-masing anak bebas mengeluarkan suara semaunya dengan arti terserah dia pula. Tinggal orang dewasalah yang dibuat bingung. "Sebenarnya kamu mau ngomong apa, sih, Nak?"


HASIL INTERAKSI

Bila dirunut ke belakang, perkembangan bahasa seorang anak adalah hasil proses interaksi
antara faktor fisiologis genetis. Setiap anak punya bawaan untuk mempelajari bahasa karena mempunyai LAD (Language Acuity Device).
Artinya, setiap anak pasti bisa menguasai bahasa selama tidak ada gangguan perkembangan secara umum.

Yang kedua, faktor kematangan yang meliputi kematangan otot-otot wicaranya maupun
kognitifnya. Gampangnya, seorang anak baru bisa bicara kalau ia sudah bisa membentuk imej akan suatu objek, tanpa benda tersebut harus dilihat langsung.

Lalu, terakhir faktor stimulasi. Di sinilah peran orang tua untuk memancing, mengajak, dan melatih anak bicara. "Namun, orang tua tidak perlu khawatir. Dilatih atau tidak, selama memang tidak ada
gangguan perkembangan, anak pasti bisa bicara dengan sendirinya, karena
dua faktor di atas, yakni fisiologis dan kematangan," kata Roslina
Verauli, M. Psi
., dari Empati Development Center, Jakarta.

Selanjutnya, pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta ini menekankan
bahwa yang jadi masalah ada anak yang bisa meninggalkan bahasa "planet" itu dengan cepat, tetapi ada juga yang tidak. "Di sinilah faktor stimulasi baru berperan," imbuhnya.


Di usia batita, bahasa "planet" yang diucapkan anak sebenarnya memiliki tahapan berikut, yakni:


* Mand

Saat memegang sesuatu, anak mengeluarkan bunyi secara asal. Dia belum tahu apa sebenarnya yang dipegangnya.


* Echoic

Ketika meminta sesuatu, anak hanya mengucapkan kata-kata yang tidak jelas sambil
menunjuk-nunjuk ke suatu tempat.


* Tact

Anak menyentuh dulu suatu benda, barulah kemudian mengeluarkan bahasa "planet"
seakan ia sedang membahas benda tersebut.


TIGA PROSES

Nah, setelah mengetahui proses perkembangan kemampuan bicara batita, lalu bagaimana
cara orang tua memahami bahasa "planet" yang diucapkan anak?
Ada tiga jurus ampuh yang bisa dilakukan sebagaimana yang disarankan Vera sebagai berikut:

1. Imitasi

Misalnya anak merengek minta sesuatu dengan mengucapkan, "Aauuuee...aueuuu" sambil menunjuk-nunjuk sesuatu. Sebaiknya segera angkat anak menuju objek yang diinginkan. Tanyakan padanya, "Adek mau apa? Mainan yang ini? Ini namanya boneka. Bo-ne-ka."

Ucapkan dengan jelas di depan anak, sehingga anak dapat melakukan imitasi untuk dapat mengucapkan kata "boneka". Mungkin pada saat itu anak tampak tidak peduli karena baginya yang penting keinginannya sudah terpenuhi.
Meski begitu orang tua tetap disarankan memberikan penegasan bahwa benda yang diinginkannya itu adalah boneka. Semakin sering kata-kata tersebut diulang, makin tertancaplah dalam ingatan anak. Kelak pada saatnya nanti, anak bisa mengatakan "boneka" saat menginginkannya.


2. Asosiasi

Tiap kali melihat benda sejenis, orang tua selalu menegaskan bahwa itu adalah boneka, maka
anak akan mengasosiasikannya untuk menyebut benda-benda seperti itu dengan istilah boneka. Mungkin pengucapannya belum jelas, tapi setidaknya anak sudah menyebut benda yang dimaksud.


3. Penguatan

Setelah anak bisa menyebutkan benda yang dimaksud meski belum begitu jelas, orang tua harus memberi penguatan. "Oh, Adek ingin boneka ya? Wah, pintar. Mama sekarang ngerti deh kalau Adek ingin boneka, soalnya Adek sudah bisa bilang." Pujian semacam itu akan membuat anak merasa senang sehingga di hari-hari berikut ucapan tersebut akan
diulangnya lagi.

Dengan ketiga jurus di atas, orang tua tidak sekadar memahami bahasa "planet" yang diucapkan anak.

Akan tetapi ada nilai lebih yang ditanamkan, yakni stimulus supaya anak mengerti bagaimana seharusnya bicara.


COBALAH MENGERTI

Kebalikannya, tidak sedikit pula orang tua yang justru "belajar" memahami bahasa "planet" yang digunakan anak. Misalnya dengan menandai kalau anak bicara "Eeoo..." berarti minta susu, atau kalau bilang "Aamuu..." berarti minta mainan dan sebagainya. "Tindakan seperti ini sebenarnya kurang bijaksana," tukas Vera, "karena proses stimulus berupa imitasi, asosiasi dan penguatan yang seharusnya dilalui anak jadi terlewatkan."

Anak tidak segera belajar bagaimana seharusnya berbahasa dengan benar. Soalnya, apa pun
yang diucapkannya, anak akan berpikir bahwa orang-orang di sekelilingnya akan berusaha memahami. "Ini justru bisa jadi faktor penyebab anak makin lama meninggalkan bahasa 'planet'," tandas Vera.

Ada juga alasan lain, misalnya daripada anak menangis terus karena keinginannya tidak dimengerti orang tua, lebih baik orang tualah yang belajar mengerti. "Kalau alasannya seperti ini, maka permasalahannya justru makin lebar karena sebenarnya di usia ini anak sudah tidak boleh menggunakan tangisan sebagai cara berkomunikasi."

Lalu kalau sudah telanjur, bagaimana menanganinya? Tiap kali anak menangis, diamkan saja
dulu. Bilang padanya, "Selama Adek masih menangis, mama tidak tahu apa maumu. Diam dulu deh lalu coba bilang sebenarnya Adek mau apa?" Setelah anak diam, barulah gunakan 3 jurus di atas untuk mengatasinya.


Memang benar seperti sudah disebutkan di atas, tanpa stimulasi pun akhirnya anak bisa
berbahasa dengan benar. "Tapi kan sayang kalau kemampuan berbahasanya datang terlambat dibanding anak seusianya hanya gara-gara orang tua tidak memberikan stimulus yang tepat dan asal menuruti saja apa maunya anak," tandas Vera.


KAPAN MESTI WASPADA

Meski lewat usia 24 bulan penggunaan bahasa "planet" masih bisa ditolerir, bukan berarti orang tua boleh tidak peduli. "Selama kondisinya berjalan normal, memang wajar. Namun kalau ada sesuatu yang mencurigakan, orang tua harusnya segera waspada," tukasnya.

Vera lantas mengingatkan orang tua untuk mencermati poin-poin berikut:


- Kondisi fisik

Perhatikan perkembangan fisik anak, apakah semuanya berjalan normal ataukah ada gangguan. Bagaimana dengan kondisi organ bicaranya, apakah mengalami gangguan? Bila ya, orang tua sebaiknya segera curiga dengan membawanya ke dokter spesialis anak.


- Keterbelakangan mental

Coba perhatikan apakah anak mengerti benda yang dimaksudkannya saat meminta sesuatu. Bila ekspresi anak terlihat kosong atau sekadar merengek tapi sepertinya tidak mengerti apa maunya, sebaiknya orang tua segera waspada. Beberapa kasus anak dengan keterbelakangan mental juga ditandai dengan adanya gangguan bicara.

- Lewat 3 tahun


Toleransi penggunaan bahasa "planet" ada batasnya. Kalau selewat 3 tahun anak masih bicara dengan bunyi "au-au-au", sebaiknya segera bawa dia ke dokter spesialis anak, neurolog, atau psikolog perkembangan anak.

Pada sebagian anak meski tidak ada apa-apa, tetap membutuhkan terapi wicara untuk mempercepat proses belajar bicaranya.

BENARKAH
SALING MENGERTI?



Benarkah anak-anak batita bisa saling memahami percakapan satu dengan lainnya sambil menggunakan bahasa "planet"? Benarkah anak-anak batita lebih mudah "ngobrol" dengan sesamanya dibanding dengan orang dewasa?

"Sebenarnya tidak persis seperti itu," tandas Vera. Di usia batita, walaupun anak terlihat bermain bersama, sebenarnya mereka tetap dengan dunianya sendiri-sendiri. Bahkan anak-anak yang terlihat bekerja sama dalam satu kelompok pun sebenarnya punya jalan pikiran yang masing-masing berbeda. Bisa jadi si anak yang satu berpikir bahwa mainannya bagus sambil terus berceloteh, sedangkan yang satunya sebenarnya ingin mengatakan bahwa ia ingin pipis, dan sebagainya.



TAHAPAN PERKEMBANGAN BICARA ANAK

Usia 0-5 bulan
Mengeluarkan bunyi tanpa ada arti sama sekali

Usia 6-10 Bulan
Sudah bisa mengulang suku kata, seperti ma ma ma, ba ba ba, dan sebagainya

Usia 10-14 Bulan
Anak sudah bisa mengucapkan kata pertamanya. Kata yang diucapkan
sudah mempunyai arti, walaupun kata yang diucapkan tidak jelas.
Ini yang sering diistilahkan sebagai bahasa "planet".
Di usia ini anak melengkapi bahasanya dengan bahasa tubuh
(gesture). Misalnya mengatakan, "Num...num," untuk
minta minum sambil menunjuk-nunjuk botol susunya

Usia 15-18 Bulan
Kemampuan anak sudah meningkat, di mana bunyi dan ritme yang diucapkannya
sudah mulai benar, meski terdengar belum begitu jelas.
Di tahapan ini kadang anak masih menggunakan bahasa "planet

Usia 18-24 Bulan
Di usia ini anak sudah bisa mengucapkan kalimat pertamanya.
Bahasa tubuh untuk memperjelas bicaranya sudah mulai berkurang.
Kosakata yang dikuasainya berkisar 50-400 kata dengan
perkembangan yang sangat cepat

Usia 24-30 Bulan
Anak mulai belajar sintaksis (susunan/urutan bahasa), walaupun
kata-kata yang diucapkannya kadang masih belum jelas. Setidaknya
dalam kalimatnya sudah mengandung subyek, predikat dan objek

Usia 31-36 Bulan
Susunan kata yang digunakan sudah lebih panjang

Di atas 36 bulan
Kemampuan berbahasanya berkembang pesat dan hampir menyerupai orang dewasa.
Namun, pilihan kata masih terbatas pada kata-kata informal atau
yang sering digunakan sehari-hari

Marfuah Panji Astuti.


No comments: