Tuesday, April 08, 2003

Dot Bisa Bikin Gigi Jelek?

Meski pengaruhnya tidak terlalu signifikan, tapi dot dapat mempengaruhi perkembangan rahang dan gigi anak kelak.

Di pasaran, kita melihat begitu banyak jenis dot dengan "keunggulan" masing- masing. Bahkan tak sedikit produsen menyatakan, produk dotnya dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai anatomi puting susu ibu.

Dot memang perlu untuk perlengkapan minum susu si kecil. Kendati menurut Drg. Taty Z. Cornain, SpKGA, dari RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta, yang terbaik adalah jika bayi mengisap ASI. "Selain gizinya lebih bagus, dari segi psikologis pun menguntungkan, yakni kedekatan yang terjalin antara ibu dan bayi yang tengah menyusui. Ditambah lagi, puting susu ibu memiliki anatomi yang sempurna."

Puting, tutur Taty, lebih lentur dan juga sangat bagus untuk perkembangan rahang dan gigi bayi karena untuk mengisapnya perlu gerakan rahang bayi yang lebih kuat. Saat mengisap puting, bayi perlu usaha lebih keras dibandingkan mengisap dot yang dapat mengeluarkan susu dengan sendirinya. Itu sebabnya, tak jarang bayi yang mengisap ASI lalu bersamaan dengan itu juga diberi susu dalam botol, akan menolak mengisap ASI. "Ini yang dikenal dengan istilah bingung puting," ujar Taty.

FAKTOR GENETIK

Kendati demikian, ada sejumlah hal yang membuat bayi tak bisa diberi ASI dan mau tak mau harus minum susu dengan botol dan dot. Apakah akan berpengaruh buruk bagi perkembangan rahang dan giginya kelak? Memang, tutur Taty, beberapa produsen dot selama ini melalui berbagai penelitian, berupaya mencari bentuk dot terbaik yang sesuai dengan anatomi payudara ibu. Jadi, dibuatlah dengan berbagai modifikasi bentuk dot meski tidak akan sempurna seperti aslinya. "Apalagi bentuk puting setiap ibu berbeda-beda. Ada yang besar, kecil, menonjol ke dalam dan ke luar. Jadi, dot tak pernah bisa menyamai puting susu."

Taty juga menambahkan, penggunaan dot sebetulnya hanya alat bantu bagi bayi untuk menuju pada perkembangan rahang dan giginya. Itu pula tujuan produsen membuat dot yang disebut ortodontik. Jadi, dot yang masuk ke dalam mulut bayi dimaksudkan akan mantap diisap seperti bayi mengisap payudara ibu. Istilah ortodontik sendiri berarti meratakan gigi. Dengan kata lain, gigi yang berantakan dibuat menjadi rapi. Walaupun, seberapa jauh pengaruh dot ortodontik itu bagi pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi, menurut Taty, sebenarnya tak terlalu signifikan. Sebab, tempat gigi adalah di rahang dan berhubungan dengan lengkung gigi. "Jika lengkung rahangnya sempit dan giginya besar-besar, pasti giginya berantakan dan berjejal.

Supaya rahang berkembang, perlu dirangsang untuk tumbuh dan berkembang." Perlu diingat pula, perkembangan rahang dan gigi tak lepas dari faktor genetik. Misalnya, anak mewarisi rahang ibu yang sempit, sementara giginya besar-besar seperti sang ayah. Alhasil, perkembangan gigi anak nantinya tidak bagus dan berjejal.

Selain bisa dirangsang dengan penggunaan dot, pertumbuhan dan perkembangan rahang serta gigi juga dipengaruhi oleh aktivitas mulut si bayi. Ketika usia makan makanan padat tiba, misalnya, ia malas mengunyah, akan berpengaruh pula pada pertumbuhan dan perkembangan rahang. Ibaratnya, bayi yang sering bergerak lebih cepat besar dibanding yang pasif karena tubuhnya tidak dipakai bergerak. "Demikian juga dengan rahang. Kalau tidak dipakai beraktivitas, lama-lama tidak berkembang. Nah, salah satu aktivitas pada bayi adalah mengisap dan mengunyah jika sudah memiliki gigi."

REFLEKS HILANG

Menurut Taty, penggunaan dot juga tetap diperlukan untuk melatih refleks mengisap bayi. Bila diberi sesuatu di mulutnya, bayi akan secara otomatis mengisap. "Nah, bayi yang tidak mendapatkan ASI, kalau dibiarkan berarti tidak mengisap. Dengan demikian refleks mengisapnya akan hilang. Untuk itu, ia harus menyusu dengan cara memakai dot."

Selain kehilangan refleks mengisap, perkembangan dan pertumbuhan rahang pun akan mengalami hambatan. Normalnya, perkembangan rahang akan terus berkembang sampai sekitar usia 17-18 tahun. Namun bila ada kelainan celah langit-langit, maka pertumbuhan dan perkembangan rahang pun akan terhambat pula. Sehingga nantinya perkembangan terhadap susunan gigi geligi terutama gigi depan atas kedudukannya akan lebih masuk dari gigi geligi bagian bawah. Padahal normalnya, gigi ataslah yang agak keluar dari gigi bawah.

Bila ada kelainan celah langit-langit ini maka perlu dilakukan tindakan operasi secara bertahap. Biasanya kalau bibirnya pun terbelah, sejak usia 3 bulan sudah dapat dilakukan operasi. Sementara untuk memperbaiki celah, dilakukan setelah usia 18 bulan sampai 2 tahun. Untuk bayi dengan kelainan seperti ini, biasanya digunakan dot khusus. Yaitu bagian badan dot agak lebar dan besar, sehingga menutupi bagian langit-langit yang bercelah. Kemudian, lubang dot terletak di bagian bawah, bukan di ujung dot agar susu yang keluar akan langsung masuk ke kerongkongan sehingga bayi tidak tersedak. Dot ini juga membantu agar refleks mengisap bayi tidak hilang.

Bayi normal bisa menggunakan aneka jenis dot. "Masalah bentuk dan model, tak jadi persoalan." Yang pasti, tambah Taty, semua model dot umumnya dibuat agar begitu masuk ke dalam mulut, bayi dapat mengisapnya dengan refleksnya, ditambah tekanan dalam mulut. "Proses normalnya, bibir akan mencengkeram dot, oleh ujung lidah dot ditekan ke atas menyentuh langit-langit keras kemudian punggung lidah menekan dot ke arah langit-langit lunak. Otomatis dengan demikian meminimalkan udara yang masuk. Cara ini merupakan prosedur menyusui bayi secara normal."

SESUAIKAN UKURAN

Yang patut diperhatikan dalam memilih dot bayi adalah ukuran. Umumnya ukuran dot standar: kecil, sedang, dan besar. Untuk bayi yang masih kecil diberi ukuran yang kecil. Bentuknya disesuaikan dengan ukuran mulut bayi dan lubangnya pun lebih kecil. Demikian seterusnya untuk ukuran sedang dan besar.

Jika ukuran dot tak sesuai dengan bayi, bila bayi kecil diberi dot besar maka ia akan mudah tersedak dan akan berpengaruh ke pernapasan. Sebaliknya, bila usia bayi sudah besar dan diberi dot ukuran kecil, ia akan sering marah karena daya isapnya yang sudah semakin kuat sementara susu yang keluar sedikit sehingga ia pun lekas lelah. "Jadi, ukuran-ukuran dot sudah dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan anatomi rahang, proses menelan pada bayi, dan refleks mengisapnya."

Bahan dot pun bisa dipilih, entah dari karet ataupun silikon. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dot dari karet lebih lentur dan lembek dibandingkan silikon yang agak keras. Tapi dari segi daya tahan, dot dari silikon lebih tahan lama dan awet. Selain itu, dot dari karet biasanya lebih mudah berjamur dan berbau.

ADA BATAS

Apa pun, tegas Taty, menyusu dengan botol harus dibatasi. Antara lain, sebaiknya tidak dibiasakan memberi botol susu saat si kecil hendak tidur. "Sisa susu yang ada di dalam mulut akan berinteraksi dengan kuman yang berada di dalam. Lama-lama gigi bisa rusak." Jadi, seiring dengan bertambahnya usia anak, ajarlah ia minum susu dari gelas.

Penggunaan dot terus-menerus juga bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan rahang serta gigi. Cekungan langit-langit atas akan semakin tinggi dan gigi cenderung lebih maju. "Apalagi kalau ia juga mengempeng ibu jari," kata Taty. Hindari kebiasaan memberi anak dot/empeng setiap kali ia rewel. Memang, bayi akan merasa nikmat dan senang karena mulutnya beraktivitas.

Bila anak dibiasakan dengan empeng, berarti ibu sudah membentuk pola kebiasaan yang tak baik bagi si anak. Lebih celaka lagi jika empeng dilepas, ia akan mencari pengganti semisal mengisap jempolnya. Padahal, hasilnya sama buruknya, yaitu membuat cekuk rahang dan gigi jadi lebih tinggi. Kalau sudah begitu, yang repot kita juga, kan?

Dedeh Kurniasih. Foto : Iman Dharma (nakita)

No comments: