Kata-kata tajam dapat melukai batin anak, yang
kadang sulit disembuhkan hingga kapan pun.
Sebaliknya, seungkap pujian boleh jadi akan
mengangkat rasa percaya dirinya dan mendukung
tumbuh
kembangnya secara optimal. Jadi, kenapa kita harus
pelit memberikan pujian pada anak?
Kata-kata Bisa Berbeda Artinya
Kata, oleh beberapa psikolog diartikan sebagai
simbol yang dibuat manusia, hingga sebetulnya
memiliki penafsiran yang tidak jelas. Misal, kata
"sadis" berbeda ukurannya untuk setiap orang.
Itulah
yang menyebabkan ketidakharmonisan komunikasi,
karena adanya perbedaan persepsi dari kata "sadis"
itu.
Memang, kata adalah bentuk ucapan (verbal) dari apa
yang kita pikirkan dan rasakan. Namun, perasaan
kadang lebih tampil dalam tingkah laku non-verbal,
misalnya melalui intonasi, tekanan kata, mimik, dan
sebagainya. Contohnya, ketika Anda memberikan kata
pujian dengan intonasi yang berbeda-beda, bisa
dipersepsikan lain pula oleh anak Anda. Jadi,
pandai-pandailah mengucapkan kata-kata pujian yang
tulus.
Pemaknaan kata-kata sangat berhubungan erat dengan
mimik atau bahasa tubuh yang menyertainya. Tanpa
mimik atau bahasa tubuh pun, kita bahkan tetap bisa
memaknai untaian kata-kata dari intonasinya. Coba
bicara di telepon, tanpa melihat mimik anak pun,
Anda tahu dia sedang jengkel atau marah.
Dampak Kata-kata pada Anak
Kata-kata bisa berdampak negatif bagi anak, karena
tidak semua anak mempunyai "pertahanan diri" dalam
menerima kata-kata yang tak mengenakkannya.
Kata-kata pujian pun harus dilontarkan pada anak
dengan hati-hati. Sebab, jika tidak tepat waktu,
misal sedang ada masalah, maka pujian bisa
berakibat
fatal. Begitu pun jika tak sesuai dengan kenyataan,
pujian bisa dianggap sindiran atau ejekan. Bahkan,
ada kemungkinannya pujian Anda diprotes anak,
karena
ia merasa dirinya tak pantas dipuji.
Pujian yang Anda berikan pada anak, sebaiknya
diberikan tepat waktu dan mempunyai tujuan jelas,
seperti:
a.. Mengobati Luka Batin. Yang harus Anda pahami
pula, pujian tak hanya perlu disampaikan atas
sebuah
"prestasi" anak. Sebaliknya, pujian juga perlu
diberikan pada anak yang tidak menuai "prestasi"
seperti yang Anda harapkan. Contoh, ketika Anda
mendapati nilai ulangan atau rapor anak yang kurang
bagus, semarah apa pun Anda, jangan sekali-kali
mengucapkan kata-kata "tolol, bodoh, goblok". Atau,
jangan mengucapkan, "Seharusnya nilai kamu bisa
lebih bagus." Sebaiknya, Anda memberikan
pernyataan,
"Nilai begini, kalau menurut Bapak, sebenarnya bisa
lebih baik." Jadi, kata-katanya mesti diatur. Bila
Anda terlalu memuji, seperti dengan mengatakan,
"Sebetulnya kamu mampu," harus dilihat apakah benar
anak Anda memang mampu. Pernyataan Anda harus tetap
mempertimbangkan apakah sesuai atau tidak dengan
anak, jangan terlalu tinggi.
b.. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Semua
kata-kata dan sikap Anda akan mempengaruhi
perkembangan rasa percaya dirinya lebih besar dari
pada pengaruh hal-hal lain. Karenanya, pujilah anak
Anda bila ia berhasil dalam melakukan sesuatu,
walaupun hanya merupakan hal-hal kecil pun sudah
akan membuat ia bangga. Misalnya, bila Anda
membiasakan ia mencuci piring makannya sendiri,
berikan acungan jempol dan kata "hebat" ketika ia
tidak lalai melakukan tugasnya.
c.. Penghargaan atas Sikap Baik. Ungkapkan
perhatian Anda terhadap sikap baik yang ditunjukkan
anak dalam kata-kata pujian seperti "kau mau sikat
gigi tanpa perlu diminta, itu bagus sekali".
Ucapan-ucapan semacam ini akan lebih mendorong anak
bersikap baik, daripada kata-kata keras seperti
perintah. Jangan ragu-ragu untuk memuji anak bila
ia
bersikap baik. Anak Anda akan selalu bersikap
seperti itu tanpa harus disuruh lagi.
SUMBER : SAHABAT NESTLE
Friday, May 09, 2003
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment